Kamis, 05 April 2012

Tokoh Sang Dramawan dan Penyair

William Shakespeare
Dramawan dan penyair besar Inggris William Shakespeare dilahirkan tahun 1564 di Stratford-on-Avon, Inggris. Tampaknya dia peroleh pendidikan dasar yang lumayan tetapi tak sampai injak perguruan tinggi. Shakespeare kawin di umur delapan belas (istrinya umur dua puluh enam), beranak tiga sebelum umurnya mencapai dua puluh satu. Beberapa tahun kemudian, dia pergi ke London, menjadi anak panggung dan penulis drama. Tatkala usianya mencapai tiga puluh Shakespeare sudah menunjukkan keberhasilan. Dan tatkala umurnya menginjak tiga puluh empat, dia sudah jadi orang berduit dan dianggap penulis drama Inggris terkemuka. Sepuluh tahun kemudian, dia sudah membuahkan karya-karya besar seperti Julius Caesar, Hamlet, Othello, Macbeth dan King Lear. Dalam jangka waktu dua puluh tahun yang punya makna khusus Shakespeare tinggal di London itu, istrinya tetap tinggal di Stratford. Shakespeare mati di tahun 1616 pada sekitar ulangtahunnya yang ke-52. Dia tidak punya keturunan yang hidup. Ada 38 drama terkenal ciptaan Shakespeare termasuk beberapa drama kecil yang mungkin digarap bersama orang lain. Selain itu, dia menulis sejumlah 154 sonata dan 3 atau 4 sajak-sajak panjang. Ditilik dari kegeniusan Shakespeare, hasilnya dan kemasyhurannya yang memang sudah sewajarnya, mungkin timbul kesan aneh apa sebab namanya tidak ditempatkan di urutan lebih atas dalam daftar buku ini. Saya menempatkan Shakespeare begitu rendah bukan lantaran saya tidak menghargai daya hasil seninya, tetapi semata-mata karena saya yakin bahwa pada umumnya kesusasteraan atau tokoh-tokoh seniman tidaklah punya pengaruh besar dalam sejarah. Kegiatan pemuka-pemuka agama, ilmuwan, politikus, para penyelidik, filosof, para pecipta lebih sering berpengaruh terhadap pelbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya, kemajuan ilmu punya pengaruh besar terhadap peri kehidupan ekonomi dan politik, dan juga berpengaruh terhadap kepercayaan agama, sifat filosofis dan perkembangan seni. Tetapi, seorang pelukis masyhur, kendati dia punya pengaruh besar terhadap pelukis lain, tidaklah punya pengaruh apa-apa terhadap perkembangan musik dan kesusasteraan, konon pula terhadap ilmu pengetahuan, atau bidang penyelidikan. Hal serupa berlaku pula untuk bidang-bidang sajak, drama dan musik. Walhasil, secara umum bisalah dibilang, pengaruh seniman itu cuma menyentuh bidang seni, bahkan terbatas pada bagian-bagian seni tertentu. Oleh sebab itu, tak ada tokoh kesusasteraan, musik atau seni lain yang diletakkan di atas urutan No. 30, malahan hanya sedikit sekali yang ditampilkan dalam buku ini. Kalau demikian halnya, mengapa masih ada juga seniman yang termasuk daftar? Jawabnya ialah, kesenangan terhadap seni merupakan bagian langsung (meski tidak selalu merupakan bagian pokok) dalam kehidupan individu. Dengan kata lain, seseorang bisa menyediakan sebagian dari waktunya mendengarkan musik, sebagian membaca buku, sebagian memandang lukisan dan sebagainya. Bahkan apabila waktu yang kita habiskan untuk mendengarkan musik tak punya pengaruh terhadap kegiatan kita lainnya (ini tentu saja sesuatu yang dilebih-lebihkan) toh waktu itu tetap merupakan hal yang penting dalam hidup kita. Tentu saja pribadi seorang seniman bisa saja punya pengaruh terhadap kehidupan kita lebih dari sekedar waktu yang kita habiskan untuk mendengarkan musik, membaca buku atau menikmati hasil karya mereka. Ini lantaran karyanya telah mempengaruhi begitu rupa baiknya karya seniman lain yang hasilnya kita senangi. Dalam beberapa hal, kerja artistik sedikit banyak punya makna filosofis yang dapat mempengaruhi sikap kita dalam bidang masalah lain. Ini tentu saja terjadi lebih kerap dalam hal yang berkaitan dengan kesusasteraan ketimbang dengan musik atau lukisan. Misalnya, dalam Romeo and Juliet (Act III, scene 1) Shakespeare menulis ucapan sang pangeran “Mercy but murders, pardoning those that kill,” jelas menyuguhkan suatu ide (lepas orang terima atau tidak) yang punya makna filosofis dan lebih punya pengaruh politis ketimbang, katakanlah, memandang lukisan “Mona Lisa.” Kelihatannya tak ragu lagi Shakespeare mengungguli semua tokoh-tokoh sastra. Relatif, sedikit sekali sekarang ini orang baca karya Chaucer, Virgil atau bahkan Homer, kecuali jika karya mereka itu jadi ketentuan bacaan sekolah. Tetapi, pementasan sebuah karya Shakespeare pastilah dapat sambutan. Kelebihan Shakespeare dalam hal perangkuman bait-bait betul-betul tak tertandingkan dan kalimat-kalimatnya sering dikutip, bahkan oleh orang yang tak pernah barang sekali pun melihat atau membaca dramanya. Lebih dari itu, nyata benar betapa ketenarannya bukanlah sekedar sepintas lintas. Karyanya menyuguhkan kebahagian kepada pembacanya dan penontonnya selama hampir empat abad. Karena karya-karya itu sudah mantap teruji jaman, adalah pantas menganggap bahwa karya Shakespeare akan terus tenar berabad-abad mendatang. Dalam hal menentukan arti penting Shakespeare orang harus memperhitungkan andaikata dia tak pernah hidup di dunia, drama-dramanya tak akan pernah ditulis orang samasekali. Tentu saja, sampai batas tertentu, pernyataan serupa dapat diberikan kepada tiap tokoh artis atau sastra. Namun, faktor itu tampaknya tidak begitu punya arti penting khusus dalam penilaian terhadap bobot pengaruh yang ada pada seniman-seniman ukuran kecil. Kendati Shakespeare menulis dalam bahasa Inggris, dia betul-betul tokoh yang dikenal seseluruh dunia. Jika bukannya suatu bahasa yang teramat universal, bahasa Inggris adalah paling mendekati ukuran itu ketimbang bahasa-bahasa lain yang pernah ada. Lagi pula, karya Shakespeare sudah diterjemahkan secara luas dan karyanya dibaca dan dipentaskan di pelbagai negeri. Ada tentu saja beberapa penulis tenar yang karyanya dikecam oleh kritikus-kritikus seni. Tidaklah demikian halnya pada Shakespeare yang karyanya dihargai tanpa cadangan oleh para ahli sastra. Generasi-generasi penulis drama mempelajari karyanya dan mencoba meniru sebaik atau mengunggulinya. Gabungan antara pengaruh yang amat besar terhadap para pengarang dan ketenaran yang tak berkeputusan di kalangan masyarakatlah yang menempatkan Shakespeare di urutan cukup tinggi dalam daftar buku ini.

Ludwig Van Beethoven

Ludwig Van Beethoven
Raja di raja pencipta musik Ludwig van Beethoven keluar jadi jabang bayi tahun 1770 di kota Bonn, Jerman. Semasa kanak-kanak sudah tampak jelas bakat musiknya yang luar biasa dan buku musik ciptaannya muncul pertama kali tahun 1783. Di usia remaja dia berkunjung ke Wina dan diperkenalkan kepada Mozart tetapi perjumpaan keduanya berlangsung singkat. Tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan sebentar dia belajar musik dengan Haydn yang kala itu pencipta musik Wina kesohor (Mozart mati setahun sebelumnya). Beethoven menetap di Wina, Mekkahnya musik waktu itu, selama sisa hidupnya. Rasa musik Beethoven yang tinggi selaku pemain piano mengesankan tiap pendengamya dan dia berhasil baik selaku pemain maupun guru. Segera dia menjadi pencipta musik yang produktif juga. Karyanya dapat sambutan baik. Sejak umur pertengahan dua puluhan ke atas, dia sudah mampu menerbitkan dan menjual buku ciptaan musiknya tanpa kesulitan apa pun. Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak. Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis muda. Tuli buat seorang pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu ketika timbul keinginannya mau bunuh diri saja. Tahun-tahun antara 1802-1815 sering dianggap masa pertengahan karier Beethoven. Pada masa istirahat itu, akibat ketuliannya menghebat, dia mulai mundur dari pergaulan masyarakat. Ketunarunguannya ini membuat orang punya kesan tidak yakin bahwa Beethoven memang betul-betul anti manusia, anti masyarakat, benci bergaul. Dia terlibat dengan percintaan yang kerap dengan gadis-gadis muda tetapi tampaknya semua hubungan ini berakhir tak bahagia dan tak pernah beristeri.
Karya musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang mestinya populer buat seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi, kesuksesannya menanjak terus. Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik, “Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu.” Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi — dalam ketuliannya itu– terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang memukau dan brilian. Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan ciptaan tidak sekedar setarap dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun 1827 pada usia lima puluh tujuh tahun. Karya Beethoven yang banyak itu termasuk 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi, yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya merupakan kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan tata rencana. Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak bisa lagi dianggap cuma punya nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang disusunnya yang telah mengangkat musik instrumental itu ke tingkat nilai seni yang amat tinggi. Naskah asli Ludwig van Beethoven. Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan banyak perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai pengaruh yang abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia membantu menjadikan piano itu instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya merupakan sumber ilham untuk gaya romantik. Dia menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri komponis-komponis yang muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki gaya berbeda seperti Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga merintis jalan buat Berlioz, Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi lainnya. Nyata benar, Beethoven mesti ditempatkan di atas musikus mana pun dalam daftar urutan buku ini. Meski Johann Sebastian Bach nyaris punya keistimewaan setara, karya Beethoven lebih luas dan lebih sering didengar ketimbang ciptaan Bach. Lebih dari itu, sejumlah penyempurnaan yang dilakukan Beethoven lebih punya pengaruh mendalam terhadap perkembangan musik selanjutnya ketimbang hasil karya Bach. Secara umum, ide etik dan politik lebih gampang dijabarkan dengan kata-kata daripada musik dan kesusasteraan. Punya ruang lingkup pengaruh yang lebih luas dari pada musik. Atas dasar pertimbangan inilah Beethoven –meski tokoh jempolan dalam sejarah musik– ditempatkan dalam urutan lebih rendah ketimbang Shakespeare. Dalam hal membandingkan antara Beethoven dan Michelangelo, saya amat terpengaruh dengan kenyataan bahwa umumnya orang lebih banyak gunakan waktu mendengarkan musik daripada memandang lukisan atau patung pahatan, dan atas dasar alasan ini pula saya pikir komponis-komponis musik umumnya lebih berpengaruh dibanding pelukis atau pemahat yang kemasyhurannya dalam lapangan masing-masing setara. Walhasil, tampaknya cukup layak menempatkan Beethoven pada urutan antara Shakespeare dan Michelangelo.

Mchelangelo "Tokoh Seni Visual"

Michelangelo
Tak pelak lagi, tokoh terdepan dalam seni visual dalam sejarah adalah budayawan besar masa “Renaissance,” Michelangelo. Bukan kepalang briliannya selaku pelukis, pemahat dan arsitek, meninggalkan hasil karya yang mempesona tiap orang yang melihatnya selama lebih dari empat abad. Karyanya secara mendalam mempengaruhi perkembangan seni lukis dan pahat Eropa sesudahnya. Lahir di Caprese, Itali tahun 1475, kira-kira empat puluh mil dari Florence. Dari kecil bakatnya sudah tampak jelas, dan di umur tiga belas dia magang pada pelukis kenamaan Shirlandaio di Florence. Setahun sesudah itu dia tinggal di istana Medici milik Lorenzo, penguasa Florence yang bertindak selaku pelindungnya. Sepanjang kariernya bakat besar Michelangelo tak diragukan lagi. Dia sering sekali dipercaya baik oleh para Paus maupun tokoh duniawi merancang dan membuat karya seni. Meski dia tinggal di banyak tempat, sebagian terbesarnya dihabiskan di Roma dan Florence. Meninggal dunia di Roma tahun 1564, tak lama sesudah usianya lewat delapan puluh sembilan tahun. Setua itu, tak sekalipun pernah kawin.
The Creation of Adam. Michelangelo. Kendati dia tidak segenius Leonardo da Vinci angkatannya yang lebih tua, keserbabisaan dan kebolehan Michelangelo tetap amat mempesona. Dialah satu-satunya seniman, mungkin satu-satunya orang, yang sanggup mencapai puncak prestasi dalam dua bidang yang berbeda satu sama lain. Selaku pelukis dia berada hampir di puncak, baik dari segi kualitas keindahan karyanya maupun pengaruhnya terhadap pelukis-pelukis yang datang belakangan. Fresko besar yang menghiasi dinding atas gereja Sistine di Roma merupakan –tidak bisa tidak– kreasi seni terbesar sepanjang jaman. Tetapi, Michelangelo sendiri menganggap dirinya pertama-tama seorang pemahat, dan banyak kritikus yang menganggapnya pemahat terbesar yang pernah hidup. Patung “Daud” dan “Musa”-nya –misalnya– dan “Pieta” yang mashur merupakan hasil karya seni yang tak terlampaui. Michelangelo juga seorang arsitek besar. Salah satu hasil kerja besarnya di bidang ini adalah rancangan gereja Medici di Florence. Selama beberapa tahun dia juga jadi kepala arsitek gereja St. Peter di Roma. Micheangelo banyak membikin sajak selama hidupnya, sekitar 300 sajak dapat ditemukan. Soneta-sonetanya dan sajak-sajak lain diterbitkan sesudah matinya. Kesemua sajak-sajaknya itu mencerminkan jelas corak kepribadiannya, dan Michelangelo memang menunjukkan dirinya penyair berbakat.
“Pieta” di Vatikan Roma Seperti halnya saya jelaskan dalam artikel tentang Shakespeare, saya percaya bahwa seni dan para seniman pada umumnya tidaklah begitu banyak pengaruhnya kepada sejarah kemanusiaan dan kehidupan mereka sehari-hari. Atas dasar itulah Michelangelo –tanpa menyisihkan pengakuan atas kehebatannya selaku seniman genius– tampil dalam daftar urutan buku ini lebih rendah ketimbang para ilmuwan dan penemu, kendati mereka itu tidak begitu masyhur jika dibandingkan Michelangelo.

JS Bach (Johann Sebastian Bach)

Johann Sebastian Bach Gaya irama musik Eropa Barat tentu saja berbeda-beda. Yang satu begini, yang lain begitu. Johann Sebastian Bach penggubah besar Jermanlah yang berhasil memadukan semuanya itu, bagai berbagai bunga dirangkum dalam satu pot. Dia jumput yang terbaik dari Italia, Perancis, dan musik tradisi Jerman, dia berhasil memperkaya dalam satu paduan yang indah. Di masa hidupnya Bach tidaklah begitu kesohor, bahkan hampir tidak digubris orang selama lima puluh tahun sesudah kematiannya. Tetapi, ketenarannya menanjak secara meyakinkan pada saat seratus lima puluh tahun terakhir ini, dan kini dia terkenal dan tergolong salah satu dari dua atau tiga musikus terbesar sepanjang jaman. Malahan, menurut sementara orang, dialah yang terbesar dari yang terbesar. Bach dilahirkan tahun 1685 di kota Eisenach, Jerman. Dasar untungnya dia dilahirkan di suatu lingkungan di mana bakat musik dikagumi orang dan hasil karya ciptaan musik mendapat penghargaan. Memang famili Bach tergolong orang-orang yang dikenal di dunia musik bertahun-tahun sebelum Bach lahir. Ayahnya seorang penggesek biola yang boleh, kedua pamannya penggubah-penggubah termasyhur, dan banyak sepupunya juga termasuk orang-orang yang dihormati di dunia musik.
Bunda Bach meninggalkan dunia fana tatkala umurnya sembilan tahun dan dia jadi yatim-piatu tatkala umurnya sepuluh tahun. Sebagai anak belasan, dia peroleh beasiswa masuk sekolah St. Michael di Luneburg, sebagian karena suaranya bagus, sebagian karena alasan kebutuhannya. Dia tamat dari sekolah itu tahun 1702 dan di tahun berikutnya dia dapat posisi jadi penggesek biola pada suatu rombongan musik kamar. Lebih dari dua puluh tahun dia pegang rupa-rupa kerjaan. Selama masa hidupnya Bach terutama terkenal sebagai pemain organ yang luar biasa, walau berbarengan dengan itu dia seorang penggubah, guru dan pemimpin orkes. Tahun 1723 tatkala umurnya mencapai dua puluh tujuh tahun dia dapat jabatan jadi pemimpin rombongan penyanyi gereja St. Thomas di Leipzig. Jabatan ini dipegang selama dua puluh tahun sisa hidupnya. Dia meninggal dunia tahun 1750. Kendati Bach selalu dapat kedudukan bagus dan bisa memelihara keluarganya, dia tidaklah semasyhur Mozart dan Beethoven selama dia hidup (bahkan tak semasyhur Frederich Chopin dan Franz Liszt). Tak semua pembantu Bach insyaf atas kegeniusannya. Di Leipzig, dewan kota ingin memperkerjakan seorang “musikus kelas wahid.” Baru sesudah mereka tak berhasil memperolehnya, jabatan itu ditawarkan kepada Bach dengan ogah-ogahan! (Di lain pihak, beberapa tahun kemudian, ketika dia kepingin berhenti dari jabatan selaku pemain organ dan pemimpin konser di istana di Weimar supaya bisa pindah kerja baru, sang Pangeran enggan meloloskan keinginannya dan Bach dijebloskan ke dalam penjara. Bach meringkuk lebih dari tiga minggu di bui sebelum akhirnya Pangeran melembut). Bach kawin dengan sepupunya ketika umur dua puluh dua tahun. Tak kurang dari tujuh anak berojol dari perkawinan itu, tetapi isterinya meninggal ketika Bach berumur tiga puluh lima tahun. Dia kawin lagi tahun berikutnya. Sang isteri kedua ini bukan saja mengasuh dan membesarkan ketujuh anak-anak itu, tetapi dia juga melahirkan tiga belas anak. Cuma tujuh anak Bach yang hidup hingga Bach meninggal,tetapi empat diantaranya menjadi musikus terkenal atas hasil usahanya sendiri. Betul-betul famili yang berbakat! Bach seorang musikus yang produktif. Hasil karyanya meliputi sekitar 3000 “contants” (musik pendek yang dinyanyikan oleh sebuah paduan suara dan seorang soloist); seperangkat 48 “figures” atau komposisi musik yang membawakan lebih dari satu tema dan suara yang ganti-berganti kemudian diulangi dalam bagan yang sulit, dan “prelude” atau pemula yang membentuk gubahan “The Well-Tempered Clavier”; paling sedikit 140 “prelude” lainnya; lebih dari 100 komposisi alat harp; 23 “concertos” atau komposisi musik untuk satu atau lebih instrumen solo didukung oleh sebuah orkestra; 4 “overtures” atau komposisi musik pendahulu opera; 33 “sonata” atau komposisi musik untuk satu alat misalnya piano; 5 “masses” atau kumpulan orkes yang main berbareng; 3 “oratorios” atau komposisi musik keagamaan; dan banyak lagi yang lain-lain. Pendek cerita, Bach mencipta lebih dari 800 musik serius selama hidupnya. Dia seorang penganut Luther, dan teramat taat beragama. Dia ingin musiknya melayani kepentingan gereja, dan sebagian terbesar hasil karyanya memang musik-musik keagamaan. Dia tidak punya gelagat mencoba menemukan sesuatu bentuk musik baru, melainkan sekedar meninggikan mutu musik yang sudah ada saja. Dalam tempo setengah abad sesudah kematiannya, musik Johann Sebastian Bach umumnya disepelekan. (Perlu dicatat, meski begitu, para musikus terbesar pada saat itu –Haydn, Mozart, dan Beethoven– menganggap Bach itu seorang genius). Gaya baru musiknya berkembang, dan gaya kuno Bach mengendur. Tetapi, sesudah tahun 1800 ada semacam kebangkitan kembali pada Bach, dan sejak itu dia naik terus reputasinya. Di jaman sekuler seperti sekarang ini Bach lebih populer ketimbang di jamannya sendiri. Ini memang ganjil! Komponis yang dianggap kuno 200 tahun yang lalu, baik kuno gaya maupun kuno isi masalah, sekarang justru dikagumi orang. Kenapa bisa begitu? Apa sebab-musabab reputasinya yang dahsyat? Pertama, Bach umumnya dianggap secara teknis merupakan “tukang” terbaik dari semua komponis-komponis besar. Dia amat akrab dan kenal baik semua sumber musik pada jamannya dan dia bisa menggunakan dengan teramat sempurna. Misalnya, tak ada seorang komponis pun saat itu yang mampu menandingi apalagi mengalahkan penguasaan Bach atas apa yang disebut “counter point”, yaitu teknik memainkan dua atau lebih melodi serempak pada saat yang sama. Tambah pula, karya-karyanya dikagumi karena logis dan keberagamaan penampilan orkestranya, dikagumi kemantapan argumentasinya atas tema, dikagumi irama-iramanya yang ekspresif. Bagi para mahasiswa di bidang musik yang serius, kedalaman dan keruwetan struktur komposisi Bach menyuguhkan mereka daya tarik yang tahan lama ketimbang karya komponis lain yang mudah dipahami. Banyak peminat musik menganggap Bach seorang komponis yang sukar, tetapi dapat pula dibuktikan bahwa para pengikutnya tidaklah terdiri dari kelompok kecil elite musik semata. Rekaman-rekamannya mungkin lebih laku terjual dibanding karya komponis-komponis lain kecuali Beethoven. (Tentu saja, secara jangka panjang karya Bach atau Beethoven lebih banyak didengar dan disimak orang ketimbang karya komponis yang “populer” yang kalau baru muncul “manyala,” tetapi kepopulerannya cepat memudar). Di mana urutan Bach mesti ditempatkan dalam buku ini? Jelas, dia kudu diletakkan dibawah Beethoven; bukan saja karena karya Beethoven lebih masyhur, tetapi dia seorang pembaharu yang berani yang mempengaruhi jalannya sejarah dunia musik ketimbang Bach. Juga tampaknya pantas menempatkan Bach di bawah Michelangelo, tokoh terkemuka di bidang seni visual, dan jauh di bawah Shakespeare, sastrawan genius besar. Tetapi, ditilik dari popularitas yang langgeng dari musik Bach dan pengaruhnya terhadap komponis-komponis yang datang belakangan, sudah semestinya menempatkan di urutan lebih atas dari tokoh sastrawan dan seniman lainnya.

Tokoh Penulis Sajak

Homer Berabad-abad lamanya berlangsung pertentangan pendapat mengenai hak cipta sajak-sajak Homer. Kapan, di mana, dan bagaimana Iliad dan Odyssey dicipta? Sampai seberapa jauh sajak itu bersandar pada komposisi sebelumnya? Apakah Iliad dan Odyssey disusun oleh orang yang sama? Betulkah salah satunya digubah oleh hanya satu penulis? Mungkin tak ada orang seperti Homer dan kedua sajak itu yang berkembang lewat proses penggabungan begitu lambat, ataukah memang disusun oleh sekelompok pengolah yang mencomotnya dari sebuah gabungan sajak-sajak yang ditulis oleh banyak ragam penyair. Para sarjana yang membuang waktu bertahun-tahun menyelidiki masalah ini tidak mencapai kata sepakat satu sama lain; lantas bagaimana bisa seseorang yang bukan sarjana ilmu klasik bisa tahu jawab yang semestinya? Tentu, saya sendiri tidak tahu jawabannya; meski begitu, untuk menentukan di mana Homer layak ditempatkan di daftar urutan buku ini, saya membuat perkiraan sebagai berikut. Perkiraan pertama adalah, memang benar ada seorang penulis utama Iliad. (Alasannya, terlampau bagus jika karya itu disusun oleh sekelompok orang!). Pada abad-abad sebelum Homer, banyak sajak-sajak yang lebih pendek mengenai masalah yang sama digubah oleh penyair-penyair Yunani lain, dan Homer banyak mengambilnya dari karya mereka. Tetapi, Homer berbuat lebih jauh dari sekedar merakit Iliad dari sajak-sajak pendek yang sudah ada sebelumnya. Dia memilih, dia mengatur, dia menyempurnakan kata-kata dan menambahnya serta pada akhirnya melengkapinya menjadi hasil final dengan bakat sastranya yang genius. Homer, orang yang menghasilkan karya besar itu, mungkin hidup di abad ke-8 SM meski banyak catatan menganggap lebih awal dari itu. Saya juga memperkirakan bahwa orang yang sama merupakan penulis utama Odyssey. Meski argumen (berdasar sebagiannya dari perbedaan gaya) bahwa kedua sajak digubah oleh penulis-penulis yang berbeda punya kekuatan yang setara, secara keseluruhan persamaan diantara kedua sajak jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaannya. Dari apa yang sudah dipaparkan, jelaslah sudah betapa sedikitnya bisa diketahui tentang ihwal Homer sendiri; dan memang tidak ada data biografis mengenai dirinya. Ada tradisi kuno yang teramat kokoh, berasal dari masa awal-awal Yunani, bahwa Homer itu buta. Tetapi, kehebatan yang tampak secara visual dari kedua sajak itu menunjukkan andai kata toh Homer itu buta, tidaklah butanya itu dibawa dari lahir. Bahasa yang digunakan dalam sajak itu menunjukkan bahwa Homer berasal dari Ionia, daerah sebelah timur laut Aegea.
Kendati tampaknya sudah percaya bahwa begitu panjang dan begitu cermat susunan suatu sajak dapat dicipta tanpa tulisan, banyak kaum cerdik pandai agaknya sepakat bahwa sajak-sajak itu paling sedikit bagian permulaannya dan mungkin malah seluruhnya, merupakan komposisi oral (lisan). Tidaklah pasti kapan sajak-sajak itu pertama kali tertuang ke dalam tulisan. Mempertimbangkan segi panjangnya (secara gabungan hampir berjumlah 28.000 bait), tampaknya agak sukar terbayangkan sajak-sajak itu bisa dipindahkan dengan begitu teliti kecuali jika ditulis dalam jangka waktu tidak begitu lama sesudah penciptaan aslinya. Dalam suatu peristiwa, menjelang abad ke-6 SM, kedua sajak itu sudah dianggap karya klasik besar, dan informasi biografis menyangkut Homer sudah hilang. Setelah itu, orang Yunani senantiasa menganggap Odyssey dan Iliad merupakan hasil karya bangsa yang terjunjung tinggi. Menariknya, sepanjang masa antara abad ke abad dan semua perubahan dalam gaya yang sudah terjadi, reputasi Homer tak pernah punah. Ditilik dari ketenaran dan reputasi Homer yang tinggi, dengan pikiran yang dag-dig-dug saya tempatkan Homer dalam nomor urutan yang begitu rendah. Hal dan alasan serupa saya lakukan pula terhadap umumnya tokoh-tokoh seni dan sastra. Tempat urutan mereka dalam daftar ini, rendah. Dalam kasus Homer, selisih beda antara reputasi dan pengaruh tampaknya besar. Biarpun hasil karyanya sering dipelajari di sekolah, di dunia dewasa ini sedikit sekali orang membaca Homer begitu mereka meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi. Ini berlainan besar dengan Shakespeare yang drama maupun sajak-sajaknya dibaca dan drama-dramanya sering dipentaskan dengan mendapat pengunjung yang cukup banyak. Walhasil, betul-betul beda. Dan Homer pun tidaklah dikutip secara luas. Meskipun kutipan Homer terdapat dalam karya Barlett, amat sedikit digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bukan saja berbeda jauh dengan Shakespeare, juga berbeda jauh dengan penulis-penulis seperti Benyamin Franklin atau Omar Khayyam. Kalimat seperti “sen yang ditabung adalah sen yang didapat”, yang sering disebut orang, mungkin sebenarnya merupakan pengaruh sikap pribadi seseorang, bahkan suatu sikap dan keputusan yang berbau politik. Tak ada sangkut pautnya dengan Homer apa yang banyak dikutip orang sekarang. Kalau begitu halnya, apa sebab Homer dimasukkan dalam daftar urutan buku ini? Ada dua alasan. Alasan pertama, jumlah orang yang makin bertambah dari abad ke abad baik yang mendengar atau membaca karya Homer memang betul-betul banyak. Di dunia masa silam, sajak Homer jauh lebih populer ketimbang sekarang. Di Yunani, karyanya begitu akrab dengan penduduk umum, dan dalam masa yang panjang sekali mempengaruhi sikap agama dan etika. Odyssey dan Iliad terkenal bukan semata di kalangan sastrawan intelektual, tetapi juga di kalangan militer dan pemuka-pemuka politik juga. Banyak pemimpin Romawi lama mengutip Homer, malahan Alexander Yang Agung mengempit salinan Iliad diketiaknya selama bertempur. Bahkan kini, Homer merupakan penulis pujaan di sementara sekolah, dan umumnya kita sudah baca karyanya (paling tidak sebagian) selama di sekolah. Bahkan lebih penting lagi, mungkin, pengaruh Homer terhadap kesusasteraan. Semua penyair-penyair Yunani klasik dan penulis-penulis drama amatlah sangat terpengaruh Homer. Tokoh-tokoh seperti Sophocles, Euripides, dan Aristoteles –menyebut beberapa contoh saja– terbenam dalam tradisi Homer, dan semuanya mengambil ide literatur yang cemerlang darinya. Pengaruh Homer terhadap para pengarang Romawi kuno jelas besarnya. Semua menerima sajaknya sebagai ukuran kesempurnaan. Tatkala Virgil –sering dianggap penulis Romawi terbesar– menulis karya besarnya Aeneid dia dengan sadar dan atas keyakinan sendiri menyontoh kehebatan Iliad dan Odyssey. Bahkan di jaman modern pun, nyatanya tiap pengarang penting dipengaruhi oleh Homer langsung atau oleh penulis-penulis seperti Sophocles dan Virgil yang keduanya amat terpengaruh oleh Homer. Tak ada penulis dalam sejarah punya pengaruh begitu menyebar dan begitu berjangka lama. Masalah yang paling akhir adalah mungkin yang justru ruwet. Selama seratus tahun terakhir ini, sangat mungkin sekali Tolstoy lebih berpengaruh dan karyanya lebih banyak dibaca orang ketimbang Homer. Tetapi Tolstoy tak punya pengaruh apapun selama 26 abad, sedangkan pengaruh Homer telah berlanjut selama 2700 tahun atau lebih. Ini betul-betul masa yang teramat lama. Walhasil, Homer tak mudah ditandingi oleh tokoh-tokoh literer lainnya, bahkan oleh tokoh yang berkarya di bidang apa pun

Tokoh Seni Lukis

Pablo Picasso Pelukis senantiasa bergumul dengan pertanyaan umum apa sebetulnya maksud serta tujuan seni itu. Buat apa sih? Apa tanpa seni orang lantas jadi bangkai? Atau ompong? Tetapi sejak penemuan fotografi, masalahnya jadi lebih jelas dan lebih urgen. Jelasnya, tujuan pelukis bukan sekedar menjiplak pemandangan alam. Sepintar-pintar pelukis seperti apa pun tidak bakalan bisa menandingi potret, baik bagusnya maupun murahnya. Karena itu, lebih dari seabad serentetan percobaan sudah dirintis orang untuk menegaskan fungsi dan daya jangkau suatu lukisan. Dalam gerakan ini, orang yang paling berani, paling inovatif, yang melepaskan diri jauh-jauh dari semata-mata seni yang biasa-biasa itu, dan yang dengan sendirinya paling berpengaruh, adalah Pablo Picasso. Gaya seni Picasso dikagumi karena imaginasinya, vitalitasnya dan kepekaannya terhadap dunia luar. Picasso merupakan tokoh sentral dalam perkembangan “Kubisme,” dan dia juga ternama karena kebrilianan otak serta kemampuan tekniknya. Umumnya dia diakui selaku tokoh utama dalam seni modern dan salah seorang yang paling suka kepada hal-hal baru dari semua seniman di sepanjang zaman. Picasso punya kemampuan sempuma dalam hal lukisan gambar realistis. bila dia merasa perlu seperti itu; tetapi, lebih kerap lagi dia memilih mengacak-acak serta mengubah-ubah wajah sesuatu obyek. Pernah suatu waktu dia berkata. “Bila kumau melukis cangkir, akan kutunjukkan padamu bahwa bentuknya bundar; tetapi itu sesuatu irama umum dan konstruksi lukisan memaksa aku menunjukkan bawa yang namanya bundar itu sebagai suatu yang persegi.” Pablo Ruiz Y Picasso dilahirkan tahun 1881 di kota Malaga, Spanyol. Ayahnya seniman dan guru kesenian. Bakat Pablo muncul dalam usia muda sekali dan dia sudah jadi pelukis jempolan pada umur belasan tahun. Tahun 1904 dia menetap di Paris dan untuk selanjutnya tinggal di Perancis. Girl Before a Mirror by Pablo Picasso Lukisan Picasso “Gadis di Depan Cermin” merevolusionerkan perspektip penanngan seni modern. (Ukuran 64 x 51 1/4 cat minyak; koleksi Museum Seni, New York, hadiah Ny. Simon Guggenheim. Picasso betul-betul seorang seniman yang teramat produktif. Selama kehidupannya selaku seniman yang luar biasa panjang itu –sekitar masa waktu tiga perempat abad– dia sudah mencipta lebih dari 20.000 hasil seni yang terpisah-pisah satu sama lain, rata-rata lebih dari 5 karya dalam seminggu yang berlangsung selama 75 tahun! Sebagian terbesar dari waktu itu, karyanya selalu berdiri paling depan dalam hal harga tinggi, karena itu Picasso menjadi orang yang amat kaya raya. Dia meninggal dunia di kota Mougins, Perancis, tahun 1973. Pokoknya, Picasso tak syak lagi seorang seniman serba bisa yang jarang tolok bandingnya. Kendati sebutan utamanya seorang pelukis, dia juga banyak melakukan karya pahat. Tambahan lagi, dia perancang panggung ballet; dia bergumul dengan seni bikin pot, meninggalkan sejumlah besar karya lithografi, lukisan melalui garis-garis dengan menggunakan pensil atau kapur tulis dari banyak cabang seni lainnya. Tetapi seperti sementara seniman-seniman, Picasso juga tertarik dengan sungguh-sungguh pada masalah politik. Nyatanya, lukisan masyhurnya “Guernica” (1937), diilhami oleh kejadian-kejadian dalam perang saudara Spanyol. Beberapa hasil karya lainnya pun punya arti penting politis. Banyak seniman-seniman masyhur ditandai oleh satu macam gaya dasar. Tidaklah demikian Picasso. Dia menampilkan ruang luas dari pelbagai gaya yang mencengangkan. Kritikus-kritikus seni memberi julukan seperti “periode biru,” “periode merah muda,” “periode neo-klasik” dan sebagainya. Dia merupakan salah satu dari cikal bakal “Kubisme,” Dia kadang ikut serta, kadang menentang perkembangan-perkembangan baru dalam dunia lukis-melukis modern. Mungkin tak ada pelukis dalam sejarah yang sanggup melakukan karya dengan kualitas begitu tinggi dengan lewat begitu banyak gaya dan cara. Tidak semua aliran seni punya pengaruh berjangka panjang. Meskipun Picasso disanjung-sanjung di abad ke-20, layak dipertanyakan apakah di abad-abad depan kelak penyanjungan itu masih bisa terjadi, ataukah pengaruhnya akan segera musnah dalam waktu tak lama lagi. Sudah jelas, tak ada jaminan yang meyakinkan untuk menjawab pertanyaan macam itu. Tetapi, kata sepakat dari para kritikus seni kontemporer mengatakan bahwa pengaruh Picasso akan tetap punya bobot penting di masa-masa mendatang. Walaupun jelas, kita tidak bisa memastikan kelanjutan dari bobot penting Pablo Picasso seperti bisa kita lakukan terhadap senirnanseniman yang sudah teruji oleh sang waktu.

Sastrawan Angkatan '45

Munculnya Chairil Anwar dalam panggung sejarah sastra Indonesia memberikan sesuatu yang baru. Sajak-sajaknya tidak seperti sajak-sajak Amir Hamzah yang masih mengingatkan kita kepada sastra Melayu. Bahasa yang dipergunakannya ialah bahasa Indonesia yang hidup, berjiwa. Bukan bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra. Chairil Anwar segera mendapat pengikut, penafsir, pembela dan penyokong. Dalam bidang penulisan puisi muncul para penyair Asrul Sani, Rivai Apin, M. Akbar Djuhana, P. Sengojo, Dodong Djiwapraja, S. Rukiah, Walujati, Harijadi S. Hartowardoyo, Moch. Ali dan lain-lain. Dalam bidang penulisan prosa, Idrus pun memperkenalkan gaya menyoal-baru yang segera mendapat pengikut luas. Dengan munculnya kenyataan itu, banyak orang yang berpendapat bahwa sesuatu angkatan kesusastraan baru telah lahir. Pada mulanya angkatan ini disebut Angkatan Sesudah Perang, ada yang menamakannya Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Kemerdekaan dan lain-lain. Pada tahun 1948 Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama Angkatan 45. Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai nama resmi. Tetapi sementara itu, meskipun namanya sudah diperoleh, sendi-sendi dan landasan idealnnya belum lagi dirumuskan. Baru pada tahun 1950, “Surat Kepercayaan Gelanggang“ dibuat dan diumumkan. Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepercayaan itu ialah semacam pernyataan sikap yang menjadi dasar pegangan perkumpulan yang bernama “Gelanggang Seniman Merdeka“, yang didirikan tahun 1947. SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan. Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam, atau tulang pelipis kami menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami. Kalau kami bicara tentang kebudyaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai mengilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudyaan baru yang sehat. ………………………………………………………………. Jakarta 18 Februari 1950 Sebegitu banyak yang memproklamasikan kelahiran dan membela hak hidup Angkatan ’45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn Pane berpendapat bahwa Angkatan ’45 hanyalah lanjutan dari yang sudah dirintis angkatan sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru. Pada tahun 1952, H.B. Jassin mengumumkan sebuah essai berjudul “Angkatan ‘45” yang merupakan pembelaan terhadap kelahiran dan hak hidup Angkatan ’45. Jassin mengatakatan bahwa bukan hanya dalam gaya saja perbedaan antara Angkatan ’45 ini dengan para pengarang Pujangga Baru, melainkan juga dalam visi (pandangan). Essai itu kemudian diterbitkan dalam kumpulan karangan Jassin berjudul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay (1954). Chairil Anwar Chairil Anwar dilahirkan di Medan tanggal 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai mulo ( SMP ) dan itu pun tidak tamat kemudian ia belajar sendiri, sehingga tulisan-tulisannya matang dan padat berisi. Dari essai dan sajak-sajaknya jelas sekali ia seorang individualis yang bebas. Dengan berani dan secara demonstratif pula ia menentang sensor Jepang dan itu menyebabkan ia selalu menjadi incaran Kenpetai (polisi rahasia Jepang yang terkenal galak dan kejam). Sajaknya yang termasyhur dan merupakan gambaran semangat hidupnya yang memberist dan individualis berjudul AKU (ditempat lain diberi judul “Semangat”). Dalam sajak itu ia menyebut dirinya sebagai “binatang jalang”, sebutan yang segera menjadi terkenal. AKU Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau. Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa ‘ku bawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Selain seorang individualis, Chairil juga amat mencintai tanah air dan bangsanya. Rasa kebangsaan dan patriotismenya tampak dalam sajak-sajaknya Diponegero, Kerawang – Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, Siap Sedia, erita Buat Dien Tamaela, dan lain-lain. DIPONOGORO Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagus menjadi api Di depan sekali Tuan menanti Tak gentar. Laean banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselubung semangat yang tak bisa mati Maju Ini barisan tak bergenderang berpalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti Sudah itu mati Maju Bagimu negeri Menyediakan api Punah di atas menghamba Binasa di atas ditinda Sungguh pun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju Serbu Serang Terjang Meskipun dalam beberapa sajaknya ia sering seolah-olah sinis mengejek nilai-nilai moral, termasuk nilai-niai agama, sebenarnya ia bukan tidak mempunyai rasa keagamaan. Sajaknya yang berjudul Doa dan Isa menunjukkan perasaan keagamaan yang mendalam. DO’A Kepada Pemeluk Teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar sudah sungguh Mengingat kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling. Sajak-sajak Chairil merupakan renungan tentang hidup, penyelaman terhadap kenyataan, lukisan perasaan manusia, cinta-kasih, berahi, dan lain-lain. Beberapa sajaknya sangat romantis sepeti Tuti Artic, Senja di Pelabuhan Kecil, Cintaku Jauh di Pulau, dan lain-lain. Dalam sajak Sorga ia sangat sinis mengejek manusia-manusia yang membayangkan sorga dalam ukuran duniawi. Masih ketika ia hidup, telah timbul heboh karena sajaknya yang berjudul Datang Dara Hilang Dara yang diumumkan dalam majalah Mimbar Indonesia atas namanya ternyata plagiat dari sajak Hsu Chih Mo berjudul A Song of Sea. Tatkala sudah meninggal, heboh tentang plagiat ini timbul lagi karena beberapa sajaknya yang lain ternyata berdasarkan sajak-sjak orang lain tanpa menyebut sumbernya. Sajaknya Kerawang-Bekasi ternyata plagiat dari sajak Archibald MacLeish berjudul The Young Dead Soldiers. Demikian juga sajak Kepada Peminta-minta, Rumahku dan lain-lain. Pada tahun 1948, Chairil Anwar menerbitkan dan memimpin redaksi majalah Gema Suasana tetapi segera pula ditinggalkannya. Ia tak pernah betah lama-lama kerja di suatu kantor dan pada tahun 1949, tanggal 28 April ia meninggal di RSU Pusat Jakarta karena serangan penyakit tipes dan penyakit lain. Ketika dikuburkan dipemakaman karet masyarakat Jakarta menunjukan perhatian yang besar dengan mengirimkan jenazahnya. Setelah meninggal sajak-sajaknya diterbitkan orang sebagai buku: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Luput (1949), Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950). Yang terakhir merupakan kumpulan sajak bertiga dengan Asrul Sani dan Rivai Apin. Tulisan-utlisan Chairil yang tidak dimuat dalam ketiga kumpulan itu kemudian diterbitkan dengan kata pengantar H.B. Jassin berjudul Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956). Dan sajaknya telah diterjemahkan kedalam bahasa asing di antaranya di dalam bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda, Rusia, Hindia, dan lain-lain. Asrul Sani dan Rivai Apin Penyair kawan seangkatan Chairil Anwar yang bersama sama mendirikan “ Gelanggang Seniman Merdeka “ ialah Asrul Sani dan Rivai Apin. Ketiga penyair itu biasanya dianggap sebagai trio pembaharu puisi Indonesia, pelopor Angkatan 45. Ketiga penyair itu menerbitkan kumpulan sajak bersama, Tiga Menguak Takdir (1950). Asrul Sani lahir di Riau Sumatera Barat tanggal 10 Juni 1926, ia pertama kali mengumumkan sajak dan karyanya yang lain dalam majalah Gema Suasana dan Mimbar Indonesia , tahun 1948. Asrul Sani seorang sarjana keDokteran Hewan yang kemudian menjadi Direktur Akedemi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan menjadi ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI), juga pernah duduk sebagai DPRGR/MPRS Wakil Seniman. Sajak-sajak Asrul Sani sangat merdu (melodius). Kata-katanya memberikan citra (image) yang lincah dan segar. Dalam sikap ia seorang moralis yang sangat mencintai dan meratapi manusia dan kemanusiaan. Sajak-sajaknya Mantera dan Surat dari Ibu menunjukkan pandangan hidupnya yang moralis. MANTERA Raja dari batu hitam Di balik rimba kelam, Naga malam, Mari ke mari! Aku laksamana dari lautan menghentam malam hari Aku panglima dari segala burung rajawali Aku tutup segala kota, aku sebar segala api, Aku jadikan belantara, jadi hutan mati. Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa. Budak-budak tidur di pangkuan bunda Siapa kenal daku, akan kenal bahagia Tidak takut pada hitam, Tiada takut pada kelam Pitam dan kelam punya aku. ………………………………………… Dalam sajak itu dia mengaku bahwa dirinya sebagai “laksamana dari lautan” dan “panglima dari segala burung rajawali yang menutup segala kota sambil menyebarkan api, supaya janda-janda tidak diprkosa” dan supaya “budak-budak tidur di pangkuan bunda.” Cerpen-cerpen Asrul Sani melukiskan betapa halus perasaannya pada manusia; melukiskan kehidupan manusia yang hanya menyebabkan kemalangan dan penderitaan sendiri. Beberapa cerpen karangan Asrul Sani yang terkenal antara lain yang berjudul “ Bola Lampu, Sahabat Saya Cordiaz, Si Penyair Belum Pulang, Perumahan Bagi Fadjria Novari, Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat, Museum, Panen “ , dll. Rivai Apin lahir di Padang Panjang tanggal 30 Agustus 1927. Sajak-sajaknya tidak semerdu sajak-sajak Asrul, tetapi berat dengan masalah yang mau sungguh-sungguh. Sejak masih duduk di sekolah menengah ia telah mengumumkan sajak-sajak dalam majalah-majalah terkemuka. Ia pernah duduk sebagai anggota redaksi Gema suasana, Gelanggang, dan Zenith. Tahun 1954 ia melaksasnakan tindakan yang mengejutkan kawan-kawannya. Ia keluar dari redaksi Gelanggan dan beberapa waktu kemudian ia masuk kelingkungan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Idrus Lahir di Padang tanggal 21 September 1921. Ia pelopor angkatan 45, lulus dari sekolah menengah, ia bekerja dan menjadi redaktur Balai Pustaka. Di sanalah ia mulai menaruh perhatian kepada sastra. Pada zaman Jepang ia menulis beberapa cerita romantik tentang pemuda yang berjuang untuk Asia Timur Raya seperti “ Ave Maria “ dan dramanya Kejahatan Membalas Dendam. Tapi, ketika melihat kesengsaraan dan kemelaratan rakyat di bawah kaki Dai Nippon, ia meninggalkan cerita romantic, dan mulai menuliskan cerita-cerita yang melukiskan realitas kehidupan sehari-hari. Sesudah masa revolusi tulisannya diumumkan dengan judul umum ‘Corat-Coret di Bawah Tanah’. Cerita ini melukiskan tentang kehidupan rakyat di zaman Jepang secara sinis dan kasar. Sikap sinis dan kasarnya diperlihatkan dalam karangannya Surabaya, sampai-sampai ia di sebut “ Kontra Revolusi “. Karangan-karangan itu kemudian dikumpulkan dan diterbitkan sebagai buku dengan judul ‘Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma’ (1948). Cerita lainnya adalah Aki (1940) yang merupakan kaidah simboliknya dengan maut. Di samping itu ada sebuah sandiwara dengan judul ‘Keluarga Surono’ (1948) terbit di Medan. Ketika Idrus memimpin majalah kebudayaan dengan nama Indonesia, ia menulis tentang para pengarang antara lain, “Sultan Takdir Alisyahbana sebagai pengarang roman. Ia juga memuat roman Autobiografisnya berjudul ‘Perempuan dan Kebangsaan’ (1949), tapi roman ini dianggap gagal. Setelah keluar dari Balai Pustaka ia bekerja di GIA (Garuda Indonesia Airways). Tahun 1953 ia muncul dengan cerpennya dalam majalah Kisah. Di lapangan penerjemahannya ia berjasa telah memperkenalkan pengarang Rusia Anton Chekhov (1883 – 1923), pengarang Belgia William Elsshot (1882) dll. Kemudian ia pindah ke Kuala Lumpur dan mendirikan perusahaan penerbitan. Buku yang diterbirkannya yaitu, ‘Dengan Mata Terbuka’ (1961), ‘Hati Nurani Manusia’ (1963). Achadiat K. Mihardja Meskipun pada zaman revolusi ia sudah menerbitkan dan memimpin majalah Gelombang Zaman, nama Achdiat tidak pernah disebut-sebut dalam dunia sastra sampai ia muncul dengan romannya Atheis (1948). Ia dilahirkan di garut pada tanggal 6 Maret 1911. Roman itu melukiskan kehidupan dan kemelut manusia Indonesia dalam menghadapi berbagai pengaruh dan tantangan zaman. Tokoh Utamanya seorang pemuda kelahiran desa bernama Hasan. Pada masa kecilnya hidup dalam lingkungan keluarga yang taat beragama Islam dan pengikut suatu aliran tarikat tapi ketika ia bekerja di kota, jauhlah ia dengan kehidupan agama. Apaagi ketika akhirnya bertemu dengan kawan sekolahnya yang bernama Rusli yang dengan sadar menyebut dirinya sebagai seorang atheis. Hasan yang kesadaraan agamanya hanya secara tradisional saja mudah sekali terombang-ambing. Perkataan-perkataan Rusli yang berpandangan Marxis mengguncangkan imannya. Terutama ketika ia jatuh cinta kepada seorang janda muda bernama Kaartini, kawan Rusli, yang menuuuuurrt analisis Rusli menjadikorban kekejman kelas: Kartini keeeetika masih gadis dikawinkan oleh olrang atuanya dengan arab yang menjadilintah daraat. Hasan terombang-ambing jiwnya: menjaaaai atheis tidakdan kemjai seorng beragama yang taat pun tidak lagi. Dalaamsuasamna terombang ambingitu I amneglami berbagai cobaan ula: kekurag ajaran Anawaruang menyebabkan Hasan selal hidup dalamcemburu terus-terusan karena kelihatan maumengganggu Kaartini, hubungan dengan orang tuanya yang memburuk, ketakutannya akansiksa neraka danlain-lain Roman ini bentuknya sangat istimewa dan orosinil. Sebelumnya tak pernah ada roman seperti itu di Indonesia, baik struktur maupun persoalannya. Flash-back bukan untuk pertama kali dipergunakan dalam penulisan roman Indonnesia. Bahkan Azab dan Sengsara yang terbit 1920 juga menggunakan cara flash-back. Tetapi cara Achdiat menggunakan flash-back sangat menarik: Atheis dibuka dengan suatu adegan ”si aku” pengarang bersama Kartini mencari berita tentang Hasan. Hasan ketika itu sudah mati. Kemudian, si aku mengisahkan pertemuan dengan Hasan yang memberikan karangan berdasarkan pengalaman hidupnya. Maka mulailah cerita Hasan sampai hubungan dengan orang tuanya mencapai krisis. Tentang roman etis ini seorang sarjana sastra Dra. Boen Sri Oemarjati telah menerbitkan berjudul Roman Ateis (1963). Dia pernah bekerja menjadi pemimpin Balai Pustaka, kemudian pindah ke Jawatan Kebudayaan sampai pensiun. Tahun 1959 ia mengajar sastra modern di Fakultas Sastra UI dan tahun 1962 mengajr drama Indonesia modern di The Asutralian National University, Canbera. Achdiat bukan pengarang yang produktif. Beberapa tahun lamanya seelah Atheis ia hanya menerbitkan Polemik Kebudyaan (1948) yang merupakan kumpulan polemik sebelum perang dan drama anak berjudul Bentrokan dalam Asmara (1952). Baru pada tahun 1956 terbit pula karya sastranya berjudul Keretakan dan Ketenangan yang merupakan cerpen dan drama satu babak dan mendapat hadih sastra nasional dan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) tahun 1955 – 1956. Dalam cerpennya dan dramanya itu, Achdiat secara halus dan tajam melukiskan o-ka-ba (Orang Kaya Baru) yang penuh kesibukan dan kegermelapan, tetapi sesungguhnya kosong dan hampa. Tahun 1961 terbit cerpen Kesan dan Kenangan. Pramoedya Ananta Toer Dilahirkan di Blora pada tanggal 2 Pebruari 1925, mulai mengarang sejak zaman Jepang dan masa revolusi, Kranji dan Bekasi Jatuh (1947). Meskipun demikian, baru menaaarik perhaaatian duna sastra Indonesia tahun 1949 ketika cerpennya Blora yang ditulisnya dalam penjara diumumkan dan romannya Perburuan (1950) mendapat hadiah sayembara pengaran yang diadkan oleh Balai Pustaka. Blora ditulis dalam gaya yang sangat padat dan menyenakkan. Cerpen itu kemudian bersaaaaaaaama duauah cerpen lainnya yang juga ditulis Pram dalam penjaran ditebitkan menjadi sebuah bkkuu berjudl Subuh (1950). Roman Keluarga Gerilya (1950) dan cerpen-cerpen yang ditulisnya dalam penjara itu bersama sama beberapa cerpen yang ditulisnya sebelumnya diterbitkan dalam buku yang berjudul Percikan Revolusi (1950). Perburuan ialah sebuah cerita fiksi (rekaan) yang berdasarkan pemberontakan PETA yang gagal terhadap Jepang, karena salah satu orang di antara shodancho yang akan berontak itu berkhianat. Selanjutnya Pram membahas kesetiaan manusia: ketika shodancho Hardo yang menyamar sebagai kere bertemu dengan bakal mertuanya, dengan ayahnya, ia hanya menemukan kekecewaan saja. Bakal metuanya berkhianat lapor pada Jepang dan ayahnya yang dicopot dari kekdudukanya sebagai weddaan menjadi penjudi. Semua peerisitwa itu dipadatkan pengarnag terjadi dalam temp shai semalam. Juga dalam roman Keluarga Gerilya peristiwa-peristiwa yang terjaadi dipadatkan dahanya dalam tiga malam saja. Keterangan di bawah judul bukunya, “Kisah keluaaarga manusia dalam tiga hari tiga mlam saja.” Pram ialah seorang yang sangat produktif menulis, tak henti-hentinya ia menulis, Mereka yang Dilumpuhkan (dua jilid, terbit 1951 – 1952) merupakan pengalamannya selama dipenjara; Cerita dari Blora 1952 mendapat hadiah sastra nasional BMKN. Tahun 1952 menerbitkan kumpulan cerpennya Di Tepi Kali Bekasi 1950. Sebuah roman yang melukiskan perjuangan para pemuda Indonesia sekitar Krawang dan Bekasi; Bukan Pasar Malam 1951, Gulat di Jakarta 1953, Korupsi 1954, Midah si Manis Bergigi Emas 1954, Cerita dari Jakarta 1957, dll. Dalam cerpennya Dia yang Menyerah yang dimuat dalam buku Cerita dari Blora. Pram melukiskan sebuah keluarga yang menjadi korban pemberontakan PKI di Madiun 1948. Dalam cerita itu ia mengutuk PKI. Tetapi, sikapnya terhadap PKI berubah sejak pertengahan tahun 1950-an. Pada awal tahun 1960 ia sudah masuk menjadi seorang anggota pimpinan LEKRA yaitu sebagai seksi seni sastra dari Lekra dan memimpin grup Lentera yang melalui surat kabar Bintang Minggu tak habis-habisnya menyerang para pengarang yang tidak sependirian dengan mereka dengan berbagai fitnah dan insinuasi. Karya-karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing yaitu : Inggris, Belanda, Rusia, Cina, dan Jepang dll. Semasa menjalani hukuman di Pulau Buru, Pram menulis kwartet Bumi Manusia, Anak Segala Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca, yang sempat dilarang beredar pada masa Orde Baru dan baru bisa dinikmati secara bebas beberapa tahun setelah rejim orba jatuh melalui gerakan Reformasi 1997. Dalam kwratet itu Pram melukiskan masa awal tumbuhnya nasionalisme untuk melawan pemerintah kolonial Belanda di wilayah Hindia Belanda melalui sinergi tokoh Nyai Ontosoroh, seorang gundik Belanda, Tuan Melema, dan anak pribumi bernama Minke. Semangat perlawanan dimulai ketika hak asasi mereka diinjak-injak kaum penjajah. Annelis, kekasih sekaligus istri Minke dan anak kesayangan Nyai direnggut secara paksa oleh hukum kolonial. Annelis diambil paksa harus meninggalkan tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintainya di Hindia Belanda. Mochtar Lubis Terkenal sebagai wartawan surat kabar yang dipimpinnya adalah : Indonesia raya dan dilarang terbit pada tahun 1958. Ia sendiri sejak tahun 1956 ditahan denga tuduhan yang bukan-bukan, hampir 9 tahun ia disekap oleh rezim pemerintahan SEKARNO dan dikeluarkan pada tahun 1966. Setelah keluar ia bersama H.B. Yassin , Taufik Ismail, arief Budiman, Goenawan, Mohammad. Dll menerbitkan dan memimpin majalah Sastra “ HORISON “. Ia lahir di Padang tanggal 7 Maret 1922. Buku romannya yang pertama berjudul “ Tak Ada Esok “ (1950), “ Jalan Tak Ada Ujung “ (1952) dan mendapat hadih sastra nasional dari BMKN. Roman ketiga berjudul “ Senja di Jakarta “ menceritakan tentang kehidupan politik kotor pada Koruptor, manipulator, dan propiteur di Jakrta dengan latar belakang kehidupan rakyat jelata. Roman “ Jalan Tak Ada Ujung “ menceriterakan kehidupan jiwa seseirang guru yang senantiasa dalam ketakutan pada masa revolusi. Roman ke 4 berjudul “ Tanah Gersang “ 1966 menceriterakan tentang motif kejahatan anak-anak yang tidak mendapat cinta dan perhatian yang cukup dari orang tuanya. Ia juga menulis cerpen dan esai (sering menggunakan “ SAUTRI) , kumpulan cerpen yang ditulisnya yaitu “ SI JAMAL “ dan “ PEREMPUAN “ Utuy Tatang Sontani Lahir di Cianjur tahun 1920. Terkenal sebagai pengarang drama. Drama pertama berupa drama sajak berjudul “ Suling “ 1948. Drama kedua berjudul Bunga Rumah Makan 1948 “Awal dan Mira“ 1952 yang mendapat hadiah dari sastra nasional BMKN . Namun drama Utuy yang terkuat dan terbaik berjudul “ Selamat jalan anak kufur “. Romannya yang berjudul “ TAMBERA “ yang sampai sekarang dianggap salah satu roman terpenting angkatan 45. Sitor Situmorang Lahir di Harianboho, Tapanuli tanggal 2 ktober 1942. Mulai terkenal tahun 1953, ketika menulis sajak, drama, cerpen, esai, dll. Sajaknya pertama berjudul “ Surat Kertas Hijau “ 1954. Sajaknya kedua berjudul “Dalam Sajak“ 1955. Ada jugamnerbitkan darama yang berjudul “ Jalan Mutiara “ 1945 dan kumpulan cerpennya yang berjudul “Pertempuran dan Salju “ di Paris 1956, sajak yang dibuatnya berjudul “ Lagu Gadis Italia “. Kerling danau dipagi hari Lonceng Gereja bukit Italia Jika musimmu tiba nanti Jemoputlah abang diteluk napoli ………………………………… ………………………………… Menjelang akhir tahun lima puluhan , ia aktif dalam dunia politik praktis, tahun 1959 ia menjadi ketua pertama dari Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN). Namun kelincahan dan kemerduan yang tadinya terdapat dalam sajaknya di ganti dalam kumpulan bahasa gombastis dan slogan-slogan murah, sajaknya termuat dalam kumpulan yang berjudul “ Zaman Baru “ 1962 dan tahun 1966 ia ditahan dan disangka terlibat gestapi PKI. Aoh K. Hadimadja Nama samarannya Karlan Hadi, muncul didunia sastra pada masa sebelum perang. Sajaknya dimuat dalam majalah “ Poedjangga Baroe “, yang banyak menyanyikan keindaha alam. Pada masa Jepang ia menulis sajak-sajaknya yang religius 1952 dimuatnya dalam kumpulan Zahra. Tahun 1952, ia juga menulis sandiwara berjudul sejumlah repootasi literernya dalammanusia dan tanahnya. Ia pun menjadi pemimpin sejarahan mingguan mimbar di Medan. Ia membukukan kegitan dalam buku berjudul beberapa paham angkatan 45 1952), ia pun menulis bahasnya dimuat dalam polemiknya dengan Hamka dan Bakri Siregar dengan H.B. Yassin dan sajak karang penyair muda Sumatera. Ia lahir pada tanggal 15 September 1911. Tahun 1953 ia menjadi pengawal Radio HILVERSUM NEDERLAND dan BBC LONDON. M. Balfas dan Rusman Sutia Sumarga Lahir di Jakarta tanggal 25 Desember 1922 ia terkenal sebagi prosis. Cerpennya “ ANAK REVOLUSI “ yang jadi perhatian orang-orang, yang diumumkanpertama kalinya dimajalah Bema Suasana 1948. Anak Revolusi dibukukan dengan judul Lingkaran Retak 1952. Tahun 1953 ia bersama Sudjati S.S. mendidrikan majhalah Kisah, di Kuala Lumpur ia menuliskan roman berjudul Retak 1964 dan sandiwara berjudul “ tamu Malam “ . Rustam lahir di Subang tanggal 5 Juli 1917, pada tahun 1946 cerpen “ Gadis Bekasi “ ia mendapat hadiah, cetpen yang berjudul Terhempas dan terkandas 1851. Cerpen Sunda yang diterbitkan berjudul “ Korban Romabtik “ dan “ Kalung oleh Balai Pustaka 1964. Trisno Sumardjo Lahir di Surabaya tanggal 6 Desember 1916, dikenal sebagai pelukis dan bersama dengan S. Soedjojono menerbitkan majalah seniman 1947, di Solo buku pertamanya terbit 1952 berjudul “ Kata hati dan Perbuatan . Tahun 1953 menerbitkan Cita Taruna dan menrbitkan sandiwara legoris 1957. Bukunya berjudul “ RUMAH RAJA “ tahun 1962, cerpennya berjudul Daun Kering dan tahun 1968 berjudul “ Wajah Yang Berubah “, 1966 saja-sajaknya satu berjudul SILHUET tahun 1963, bersama para pengarang mengumumkan “ Manifes Kebudayaan “. Terjemahan sastra yaitu : Drama “ Shakespear, Prahara 1952, Mana suka, 1952, Impian ditengah Musim 1954, Romeo dan Julia 1955, antonius dan Cleopatra 1963 dan sejumlah sonetanya. Ia pun menerjemahkan dongeng peumpamaan 1959 dari pujangga Perancis Jean da la Fontaine dan Dokter Zhivago 1959 dari pengarang Rusia Boris Pasternak dll. Ia meninggal di Jakrta 20 April 1969 sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta yang pertama dalam usianya 53 tahun. Dodong Djiwa Pradja Dodong sudah melukis sejak sekitar tahun 1948. Sajaknya Cita-Cita yang dimuat dalam majalah GEMA SUASANA takala masih diasuh oleh CHAIRIL ANWAR, merupakan salah satu sajak yang jernih. Ia dilahirkan di Garut tanggal 28 September 1928. Selain menulis sajak ia juga menulis cerpen dan esai. Citra puisi pada sajaknya menemukan bentuknya yang sederhana, orisinil dan plastis. Pada tahun enam puluhan, Dodong merupakan saslah seorang penyair Indonesia terkuat selain Rendra. Salah satu sajaknya yang dibuat pada tahun 1963 adalah : NYANYIAN PAGI HARI Dekapan pada hati, rumput-rumputmu, gunung-gunungmu Tuang dan basuh muka dengan linang embunmu Nyaman air, tercuci kaki berderai kerikil kali Lebih indah dari impian, kenyataan diluar impian ……………………………………………………………. ……………………………………………………………. Dekaplah, dekapkan pada hati Rumput hijaumu Gunung birumu Dan langitmu yang bagai telur Meskipun ia telah menulis sajak yang cukup banyak tapi ia belum berhasil membukukannya. Harjadi Hartowardojo Nama lengkapnya Harjadi Sulaeman Hartowardojo, mulai mengumpulkan sajaknya sekitar tahun 1950. Sebagian besar dari sajak pada masa-masa itu kemucian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku yang berjudul LUKA BAYANG, kumpulan sajak-sajaknya tahun 1950 – 1953 – 1963. Harjadi dilahirkan di Prambanan tanggal 18 Maret 1930. Ia pernah bekerja pada redaksi majalah Pujangga Baru ( sesudah perang ) . Kemudian hidup sebagai wartawan di berbagai majalah dipenerbitan antara lain: Garuda, Siasat, surat kabar Pedoman dan membantu berbagai majalah. Ia seorang ahli astrologi dan pengasuh beberapa surat kabar minggu di Jakrta. Ia tamatan Fakultas Publikasti dan Fakultas Psikologi. Ejak tahun 1968 pada bulan Juni, Hardaji menjadi anggota majalah Budaya Djaja. Ia seorang ahli astrologi dan pengasuh beberapa surat kabar minggu di Jakarta. Ia tamatan Falkutas Publikastik, dan Fakultas Psikologi. Sejak tahun 1968 ( Juni ), Hardaji menjadi anggota majalah Budaya Djaja. Salah satu keryanya adalah : ANJING MAKAN AKAR KAYU Mari bone Beta cari gadis, cari nona, Beta tukar sirih pinang Bersama melangkah, bersama berlagu Menunggu bulan naik bulan terang Siku beta main di dada Semalam saja, besok Berpasar sejam Dansa, hail Melangkah, hail berputar dalam lingkaran berbaris Tangan berkepit-kepit Sahut hormati beta punya lagu Asa asu bukae hau baat ………………………………. ………………………………. Selain menulis sajak ia juga menulis esei, serpen, dan roman. Esei terbaiknya di tulis pada tahun pertama lima puluhan. Cerpen-cerpennya masih berserakan, majalah-majalah yang memuatnya Roman yang dibuatnya berjudul MUNAFIK mendapat ajakan ikatan Penerbit Indonesia ( IKAPI ) Jawa Barat 1967. Dalam romannya Harjadi melukiskan konfik tentang kisah cinta antara pemuda dan pemudi yang berlainan agama dan juga ras. Didalam masyarakat kampung yang tradisional dengan cara berpikir. Meskipun disana sini roman ini menunjukkan kekurangan dalam kmposisi ceritanya, namun roman ini mempunyai daya saran / daya pengikat yang mencekam hampir secara magis, yang membuktikan ia sebagai penulis prosa. MR. Rustandi Kartakusama MH. Rustandi Kartakusama larih di Ciamis tanggal 21 Juli 1921. Beliau banyak sekali ,enulis esai. Esai-esainya ditulis dengan bahasa dan gaya yang sinis berkelekar, memberikan latar belakang yang luas. Meskipun kadang-kadang terasa tidak menunjukkan lapang dada. Sikap dan pendapat beliau banyak orang tidak setuju, akan tetapi esai-esainya tetap berharga untuk dibaca. Beliau muncul dengan hasil karya dan buah tangannya pada akhit tahun empat puluhan dan beliau tidaklah tepat disebut angkatan 45’ sebab karya beliau sangat berbeda dengan angkatan 45’ dari segi bentuk atau isinya dan beliau sendiripun tidak mengaku sebagai angkatan 45’. Adapun hasil karya beliau sebagai berikut : a. Esai-esai tentang sastra, seni, dan filsafat diantaranya : “Adam dan Si Anak Hilang “, “ Homo Faber “, “ Surat dari Cidadap Girang “, dimuat dalam majalah kebudayaan Indonesia. Dan esia-esai lainnya tentang “Ciliung “ dimuat dalam majalah gelanggang / siasat. b. Drama yang terbit pada tahun 1950. - Sajaknya Prabu dan Putri yang disebutnya “ Sebuah Tragedi “, ini merupakan sanduran dari sebuah cerita Pandji yang menceritakan bahwa segi percakapan tokoh-tokohnya nampak kecendrungan kepada pemikiran filosofis, percakapan tentang hidup, mati, ada dan tidak ada, keabadian, bahagia, dan lain-lain. Dan drama ini sulit dipentaskan. - Drama yang lain berjudul “ Merah Semua Putih Semua “ ( 1961 ). Yang menceritakan atau melatar belakangi masa revolusi fisik melawan Belanda, yang berbentuk novela. c. Dari drama beliau juga menulis scenario yang berjudul “ Lagu Kian Mendjauh “ ( 1959 ). Menceritakan tentang kehidupan seorang seniman musik yang mana dalam kehidupannya terlibat cinta terhadap seorang gadis orkes yang di pimpinnya. d. Beliau juga menulis sajak, yang berjudul sebagai berikut : - Rekaman dari Tudjuh Daerah ( 1951 ) ini merupakan sajak yang paling tebal terbit di Indonesia. - Sajak yang berdasarkan kisah-kisah lama dari Lutung Kasarung, dari kisah “ Singasari “ dalam Kartanagara dan kisah “ Adam Dan Hawa “ daalm Paradise Lost dan lain-lain. PARA PENGARANG WANITA 1. Ida Nasution. Ida Nasution adalah pengarang esai yang berbakat dalam menulis esai yang dimuat dalam majalah-majalah. Tapi nasib beliau malang karena menjadi korban revolusi dan hilang dalam perjalanan Jakarta Bogr ( 1948 ). 2. Walujati. Lahir di Sukabumi tanggal 5 Desember 1942. Mulai menulis sajak pada masa-masa awal revolusi, sajak berjudul “ Berpisah “ merupakan sejak romantik yang mendapat pujian dari Chairil Anwar. Dan pada tahun 1950 Walujati mengumumkan sebuah roman yang berjudul “ Pudjani “ dan masih banyak lagi roman yang beliau tulis tak kunjung terbit. 3. St. Nuraini. Lahir di Padang tanggal 6 Juli 1930. Beliau mnulis sajak, cerpen, esai, dan menterjemahkan hasil sastra asing. Salah satu sajak beliau yang sangat lembut dan halus sekali melukiskan perasaan sebagai ibu yang meratapi anaknya yang keguguran. 4. S. Rukiah. Lahir di Purwarkarta tanggal 25 April 1972, beliau juga menulis sajak dan bahkan dimuat dalam bukunya “ Tandus “ ( 1952 ) mendapat hadiah sastra nasional B.M.K.N. tahun 1952 untuk puisi. Selain itu beliau juga menulis roman yang berjudul “ Kejatuhan DaN Hati “ ( 1950 ) yang mengisahkan tentang perasaan wanita yang jatuh cinta kepada seorang politikus tetapi kemudian terpaksa kawin dengan pedagang pilihan ibunya. 5. Suwarsih Djojopuspito Lahir di Bogor tanggal 20 April 1912. Hasil karyanya berupa roman yang ditulis dalam bahasa Belanda berjudul “ Buiten Het Gareel (diluar garus)” terbitan tahun 1941. Roman ini menceritakan kehidupan kaum pergerakan nasional Indonesia, terutama di lingkungan perguruan pertikelir (taman siswa) pada tahun tiga puluhan. Sebelum beliau menulis roman bahasa belanda beliau menulis roman dengan bahasa sunda akan tetapi roman ini ditolak Balai Pustaka. Lalu beberapa tahun kemudian beliau (1959) menerbitkan roman yang berbahasa Sunda tahun 1937 berjudul “ Marjanah “. Setelah itu beliau menulis cerpen yang pertama berjudul “ Tudjuh Tjerita Pendek “ (1951) yang kedua berjudul Empat Serangkai (1954). Dan banyak lagi kumpulan-kumpulan cerpen yang belum dibukukan. BEBERAPA PENGARANG LAIN Kecuali para pengarang yang tadi sudah dibicarakan, masih banyak lagi para pengarang lain yang memulai atau mengajukan aktivitasnya pada tahun-tahun 1945 – 1953. Misalnya Barus Siregar (lahir di Sipirok, Tapanuli tanggal 14 Juli 1923) menerbitkan kumpulan cerpennya yang berjudul Busa di Laut Hidup (1951). Zuber Usman (lahir di Padang tanggal 15 Desember 1916) menerbitkan sekumpulan cerpen yang berjudul Sepanjang Jalan. Dengan beberapa cerita lain (1953). Sk. Muljadi (lahir di Madiun tanggal 23 Desember 1925) menerbitkan kumpulan cerpen dan sajak-sajaknya yang berjudul Kuburan (1951). Saleh Sastrawinata (lahir di Majalengka tanggal 15 Juli 1915), menerbitkan sekumpulan cerpen berjudul Kisah Swajarnya (1952), S. Mundingsari yang nama sebenarnya Suparman (lahir tanggal 24 April 1922) menebitkan sebuah roman berjudul Jaya Wijaya (1952). Muhannad Dimyati yang kadang-kadang menggunakan nama samaran Badaruzzaman (larih di Solo sekitar tahun 1914) menerbitkan sekumpualn cerpen berjudul Manusia dan Peristiwa (1951), R. Sutomo menerbitkan sekumpulan sajak berjudul Mega Putih (1950), Rustam St. Palindih menerbitkan dua buah sandiwara berjudul Mekar Bunga Majapahit (1949), dan Cendera Mata (1950), di samping itu mengisahkan kembali cerita Sunda lama Lutung Kasarung (1949) dan lain-lain. Di samping itu ada pula pengarang-pengarang yang belum berhasil menerbitkan buah tangannya menjadi buku. Karangan-karangan mereka dimuat dalam majalah-majalah yang terbit pada masa itu. Gajus Siagian (lahir di Porsea, Tapanuli tanggal 5 Oktober 1920), P Sengojo atau Suripman (lahir 1927), Dodong Djiwapradja (lahir di Garut tahun 1928), Muh Ali (Lahir 1927), Mahatmanto atau Abu Chalis atau Sang Agung Murbaningrad atau Sri Amarjati Murbaningsih yang ke semuanya nama samaran Suradal A. Manan (lahir di Kulur, Yogyakarya, tanggal 13 Agustus 1924), Sirulllah Kaelani yang kadang-kadang menggunakan nama S.K Insankamil (lahir di Ciledung, Cerebon, tanggal 22 Pebruari 1928), Darius Marpaung (lahir di Porsea 1928), Harijadi S. Hartowaddojo (lahir di Prambanan 18 Maret 1930), Abas Kartadinata (Lahir di Bandung 1930), Kasim Mansur (lahir di Surabaya1922) dan lain-lain. P. Sengojo Nama sebenarnya ialah Suriman, lahir di daerah Ungaran, tanggal 25 November 1926. Kalau menulis sejak ia menggunakan nama samaran P. Sengojo atau Piet Sengodjo. Nama Suripman dipergunakannya apabila ia menulis prosa, baik esai maupun cerpen. Sajak-sajaknya surrealistis. Batas antara kenyataan dan angan-angan demikian titpis sehingga kabur-berbaur. Dalam sajak-sajaknya suasana samar-samar dan remang-remang, dunia yang maya terasa mendasari. Dalam beberapa hal ia melakukan percobaan-percobaan dengan bahasa, keluar dari kebiasaan yang umum. MENCARI ANGIN Perahu yang melancar di atas ke permukaan air yang kemilau dalam cahaya surya bermain ————— Aku yang merasa tenang dalam kegirangan yang meresap dari pohon di hadapan ——– Burung yang terbang lalu melayang di atas embusan angin——————— Aku dan engkau yang tiada berpandangan lagi, dan alam bebas melepaskan kita berdua— Makin yang berharap menimbulkan bahagia —————————- Ah, kita berdua telah saling percaya. ( Gelanggang / Siasat, 1953) Lebih tenang dan lebih tajam, mengesan serta menyaran, ialah esai-esainya yang pada tahun 1952 – 1953 – 1954 memnuhi lembaran-lembaran majalah kebudayaan terkemuka di Jakarta dengan judul umum Pecahan Bertebaran. Dalam esai-esainya itu ia menunjukkan bahwa di samping mempunyai erudisi yang luas, ia merupakan seorang yang waspada-tajam melihat situasi nyata yang hidup di sekelilingnya. Ia pun menunjukkan minat yang besar terhadap sastra dan nilai-nilai kebudayaan lama (Jawa). Cerpen-cerpennya jumlahnya tidak banyak. Umumnya melukiskan kehidupan kampung dan pedesaan, di mana impian seorang naturalis tidak menemukan kenyataan. Banyak yang absurd. M. Ali Nama lengakpnya Muhammad Ali Maricar, lahir di Surabaya tanggal 23 April 1927 dari keturanan India. Ia menulis sajak, cerpen dan sandiwara. Banyak dimuat dalam majalah-majalah Pudjangga Baru, Zenith, Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Konfrontasi, Indonesia dan lain-lain. Cerpen-cerpen, sajak dan sandiwara yang terbaik kemudian dibukukan dalam sebuh kumpulan berjudul Hitam atas Putih (1959). Dalam karangan-karangannya tampak sekali perhatiannya terdahap masalah-masalah sosial dan kehidupan masyarakat. Sandiwara radio yang dimuat dalam buku itu berjudul “ Lapar ‘ merupakan gambaran tentang orang-orang yang karena lapar bersedia menjual apapun juga miliknya untuk sekedar penangasel perut termasuk menjual anak dan dirinya sendiri. Dalam sebagian sajaknya, juga maslah ketuhanan dan keyakinan agama menjadi perhatiannya. KEPADA GADIS CINTAWATI Apakah hidup ini, jika tiada mati ? Dan betapa Mati kija bukan kebangkitan kembali ? Setelah kau berkisah tentang kasih dan benci ? Sudah kugali lubang di bumi Buat tempatku tinggal abadi Segala berkata : inilah mimpi ! Musim-musim silih berganti Wangi senja warena-wareni Menyanyikan kebesaran mati Dan orang ini …………….. Yang mengebung-mengempis mengisi hari Akan menyerah kepada mati Dan bila kubangun rumah di sini batu demi batu kususun rapi atas napas ke napas yang menggendor sepi Cintawati, kukasihi engkau, seperti murai Ngagumi fajar dan embun pagi Dan aku tahu : kau pun pasti hilang kembali Kecuali yang dimuat dalam hitan atas Putih itu, masih benyak lagi karangan-karangannya yang belum dibukukan, baik cerpen maupun sajak. Beberapa buah karangannya yang lebih panjang dari cerpen telah diterbitkan berupa buku-buku kecil di Surabaya, antaranya 5 Tragedi (1954), Siksa dan Bayangan (1955), Persetujuan dengan Iblis (1955) dan Kubur Tak Bertanda (1955). Umumnya nilainya di bawah karangan-karangan yang dimuat dalam Hitam atas Putih.

ARTIKEL SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA

ARTIKEL SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA >Seni terapan ( Aplied Art ) adalah seni yang menjadikan fungsi sebagai tujuan utamadimana kreativitas artistik hanyalah komponen yang melengkapinya .Contah :1.Batik 2.Ornamen pada rumah2 adat3.Gerabah atau keramik 4.Senjata2 tradisional seperti : keris , rencong , mandau dsb5.Pakaian2 adat yang ada di nusantara : mulai dari Aceh sampai Papua.>Pewarna alami untuk 5 warna primer :Bisa didapat dari daun2an , batu bata , arang , getah .Tentu saja ada sedikit proses pencampuran untuk mendapat warna yang di inginkan. This is a collapser for unmonetizable languages Seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupanmanusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang menghendakimemiliki rumah, perabotan rumah, dan busana atau pakaian yang bagus yangmemerlukan unsur-unsur seni rupa. Dekorasi rumah baik interior maupun eksteior tidak bisa lepas dari sentuhan seni rupa. Lukisan, relief, patung dan seni terapan dapatdigunakan untuk memperindah bangunan rumah atau gedung baik interior maupuneksteriornya.Seni rupa telah berkembang sejak zaman lampau hingga masa kini yang melahirkan beraneka ragam corak serta mempunyai bermacam fungsi.Seni rupa kontemporer merupakan seni yang kemunculannya lebih dipengaruhi olehwaktu saat karya itu diciptakan (bersifat kekinian dan temporer). Tema yang diangkatdalam penciptaan karya seni rupa kontemporer tentang sesuatu yang berkaitan denganmasalah-masalah yang terjadi pada batasan waktu tertentu.Kartika, putri dari pelukis terkenal Affandi. Karya besar Kartika,seperti “Wanita Dayak”, 1977, cat minyak, kanvas. Lukisan ini menunjukkan gaya yang berbeda dengan karya sesudahnya. Seniman ini merupakan direktur Yayasan Affandi.
Seni instalasi diperuntukkan suatu karya seni yang terdiri-dari beberapa bagian dalam satu unit, karya-karya seperti ini biasanya mengandung pesansosial. Seni instalasi juga dapat dimaknai sebagai karya seni yang terdiri atas komposisidan manipulasi objek-objek untuk menyampaikan sebuah pesan.Seni instalasi karya Agus Suwage dengan tema “Dongeng dari Bumi yang resah”merupakan hasil teknik campuran. Karyanya tersebut hasil komposisi dari beberapalukisan yang menimbulkan keindahan baru.Karya seni instalasi Krishna Murti yang dibuat tahun 1995, jugamenunjukkan manipulasi objek-objek yang dikomposisikan pada suatu ruangan yangdiberi tema “Let the rock be the rock”.Contoh lain karya seni rupa kontemporer berupa lukisan pada bagian tubuh manusia, lebih dikenal dengan karya body painting. Melukis pada tubuhmanusia juga merupakan seni manipulasi tubuh manusia, seniman berusaha menciptakankesan baru pada bagian tubuh manusia, seperti manipulasi bentuk binatang, buah-buahan, bunga dan bentuk-bentuk imaginasi.

Guntur dari Wakatobi; Sebuah Film Kolaborasi

Program Film Kolaborasi Sejak 2006, kami menemui kesamaan persoalan yang dihadapi oleh kelompok remaja dalam komunitas yang berbeda-beda yang selama ini di temui dalam kerja kerja kami yaitu : proses pemiskinan di komunitas yang dimulai sejak dari remaja. Untuk itu maka Kampung Halaman berinisiatif untuk membuat film kolaborasi bersama kelompok remaja yang dapat menjelaskan konteks besar persoalan remaja di dalam komunitas kecil dan terpencil di Indonesia. Bersama Alumni Indonesia Youth Media Camp 2008, Fikri Yathir, Film Kolaborasi merekam jejak Rusdin di Indonesia ketika pulang dari Tawau, Sabah, Malaysia. Harapan, realitas yang menangkap kehidupan Rusdin, dari sudut pandang Rusdin, Fikri Yathir, dan Dian Herdiany, untuk masa depannya terpapar jelas dalam film kolaborasi yang sedang dalam masa pengerjaan ini. Pengambilan gambar dilaksanakan dalam dua waktu yang berbeda, pertama pada saat Rusdin pulang ke Indonesia, direkam oleh Fikri Yathir dan Zery, November 2009, kedua direkam oleh Dian Herdiany dan Eko, Juni-Juli 2010, merekam momen Rusdin mengikuti ujian persamaan setingkat SMA dan juga hobi rusdin dalam bernyanyi Dangdut yang bisa menghasilkan uang. Berikut catatan Fikri Yathir saat menemani Rusdin pulang ke kampung halamannya. Cerita Rusdin, Remaja Indonesia yang Pernah Bekerja Sebagai TKI Ilegal di Malaysia By: Fikri Yathir Rusdin namanya. Usianya baru 19 tahun. Kali pertama kami bertemu dalam workshop Indonesian Youth Media Camp (IYMC) 2008 di Yogyakarta yang pesertanya terdiri dari 31 remaja dari berbagai komunitas se-Indonesia. Rusdin sendiri berasal dari sebuah kampung di Kaledupa, Sulawesi Tenggara. Ia adalah sosok remaja yang humoris, periang, dan mudah bergaul. Pertengahan November 2009 lalu, secara tidak kebetulan kami bertemu lagi. Dian Herdiany, direktur Kampung Halaman, yayasan yang menyelenggarakan workshop IYMC, menelepon saya. Ia menjelaskan bahwa Kampung Halaman akan mengadakan proyek dokumenter mengenai perjalanan pulang Rusdin ke kampung halamannya Kaledupa setelah bekerja selama sembilan bulan sebagai TKI ilegal di Malaysia. Saya diajak karena kapal yang ditumpangi Rusdin dari Nunukan akan transit di Makassar. Saya mengiyakan tanpa pikir lama karena memang sudah lama saya ingin ke Wakatobi, apalagi Pulau Hoga setelah melihat liputan Riyanni Djangkaru dalam program tv Jejak Petualang. Sebelumnya, Rusdin sudah menelepon saya lebih dulu. Namun ia hanya menanyakan kabar dan memberitahukan bahwa sebentar lagi ia akan pulang. Saya memang sudah tahu bahwa ia berada di Malaysia. Namun setelah mendengar penjelasan Mbak Dian, saya sontak kaget mengetahui bahwa ternyata Rusdin bekerja sebagai TKI ilegal di sana. Suatu waktu, Rusdin pernah menelepon saya dari Malaysia. Ia mengabarkan bahwa saat itu ia berada di Kuala Lumpur bersama teman-teman seorganisasinya, Forkani, untuk suatu kegiatan sosial. *** Malam minggu 21 November 2009 sekitar pukul 10.00 lebih, saya menjemput Rusdin di pelabuhan Makassar bersama Zery, utusan Kampung Halaman yang akan bertugas sebagai juru kamera. Zery juga sudah kami kenal sejak di Jogja. Waktu itu, dia dokumentator selama workshop IYMC. Dia sudah tiba di Makassar sejak pukul 11 siang harinya. Saat bertemu Rusdin di pelabuhan yang suasananya saat itu sudah sepi, saya lumayan kaget melihat beberapa perubahan pada diri Rusdin. Kulitnya semakin putih dan badannya nampak agak lebih gemuk. Hanya anak-anak jerawat di pipinya saja yang tidak berkurang. Namun menurut Zery, Rusdin tidak ada perubahan dalam bobot badannya. Entahlah siapa yang benar karena kami berdua sama-sama melihatnya dengan mata mengantuk oleh rasa capek setelah membahas mengenai proses syuting dan jalan-jalan sore memperkenalkan Zery tentang sekitar rumahku, Pasar Terong dan Masjid Al-Markaz yang letaknya tepat di depan area pasar sambil menunggu kedatangan Rusdin. Setelah menjemput Rusdin, dengan menumpang taksi yang sama, kami mencari tempat makan. Rencananya, saya ingin mengajak mereka menikmati Coto Nusantara yang sangat terkenal di Makassar. Namun Pak Supir memberitahu bahwa warung yang terletak di Jalan Nusantara, yang sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki dari pelabuhan, biasanya sudah tutup pukul 2 siang. “Begitu dek, kan warungnya laku keras, makanya makanannya cepat habis dan cepat tutup juga” jelasnya sambil menyupir santai. Sebenarnya saya tahu, namun saya lupa akibat terlalu lelah dan sangat mengantuk. Saya kemudian menyuruh Pak Supir menuju Coto Gagak di Jalan Gagak. Saya ingin sekali mereka mencoba aroma coto langsung di Makassar. Rusdin juga mengaku belum pernah mencicipi. Namun lagi-lagi tidak jadi karena lumayan jauh jaraknya. “Cari tempat makan yang dekat-dekat sini saja” ujar Zery tidak sabar. Saya tahu dia juga kecapekan dan didera kantuk. Akhirnya kami singgah di restoran Mi Titi di Jalan Irian, kurang lebih 3 menit menumpang taksi dari pelabuhan. Setelah makan, kami langsung pulang ke rumahku. Kali ini dengan taksi yang berbeda. “Rumahmu jauh tidak, Fik, dari sini?” tanya Rusdin yang duduk di samping saya di jok belakang sambil melihat-lihat kota Makassar menjelang tengah malam dari balik jendela taksi. Saat saya menoleh melihatnya, rasa lelah dan ingin segera istirahat tergambar jelas dari mukanya. “Tenang aja, bentar lagi kok. Paling lima menit. Capek ya, Din?” sambil tersenyum saya bertanya meski sudah tahu jawabannya. Di jok depan samping supir, Zery hanya duduk diam setelah sibuk menggeluti kamera. Niat Awal ke Malaysia dan Jalur Ilegal Setiba di rumahku, kami ingin segera tidur. Namun Rusdin terlanjur cerita mengenai alasannya ke Malaysia dan bagaimana ia bisa sampai ke negeri jiran itu. Terpaksa kami menunda niat awal selama kurang lebih satu jam. Zery pun melaksanakan tugasnya merekam percakapan saya dengan Rusdin. Rusdin lahir pada 12 Juli 1990 di Malaysia. Ayahnya orang asli Buton Wakatobi, sementara ibunya asli Malaysia. Keduanya bertemu ketika Pak Rahidun, ayah Rusdin bekerja di sebuah kapal pengangkut komoditi ekspor yang sering berlayar hingga ke perairan Malaysia. Mereka kemudian menikah dan menetap di sana. Ketika Rusdin masih balita, keduanya bercerai. Konon karena Ibu Sitti,ibu kandung Rusdin main serong dengan seorang lelaki yang kini jadi suaminya. Setelah melalui proses pengadilan, hak asuh anak diputuskan jatuh ke tangan Pak Rahidun. Setelah bercerai, beliau membawa Rusdin pulang kembali ke Wakatobi. Di sana beliau menikah lagi dan sekarang memilki empat orang anak yang masih kecil-kecil, saudara saudari tiri Rusdin. Anak tertua duduk di kelas 6 SD. Sejak kepindahan mereka kembali ke Indoneisa, Rusdin tidak pernah lagi bertemu ibu kandungnya. Rusdin kemudian dibesarkan bersama ayah kandung dan keluarga tirinya, sampai sekarang. Meski begitu, Rusdin mengakui bahwa ibu dan saudara-saudari tirinya sangat baik dan tidak jahat seperti di kisah-kisah negeri sinetron dan dongeng. Namun naluri seorang anak yang rindu ibu kandungnya tidak bisa dipungkiri. Rusdin ingin sekali melihat wajah ibu kandungnya. “Aku kan tidak tahu mukanya gimana karena waktu orang tuaku cerai kan aku masih kecil sekali, belum ingat apa-apa” ujar Rusdin. Untuk mewujudkan impiannya, Rusdin bekerja membantu ayahnya bertani rumput laut. Selain itu, Rusdin juga penyanyi kondang di kampungnya. Upah yang diperoleh dari hasil kedua kerjanya itulah yang ditabung untuk modal berangkat ke Malaysia menemui ibunya. Suatu hari, seorang tetangganya kembali ke Kaledupa setelah merantau lama di Malaysia dan mengabarkan Rusdin bahwa dia bertemu ibunya di sana. Melalui informasi tetangganya, Rusdin menelepon ibunya. Ia dikirimi uang 700 ribu rupiah. Ditambah dengan hasil tabungannya, Rusdin pun memberanikan diri berangkat ke Malaysia pada Februari 2009. Kapal Rusdin berlabuh dari pelabuhan Makassar menuju Nunukan sebelum ke Malaysia. Di Nunukan, ia punya seorang paman yang mengurus segala proses dan persyaratan administrasi untuk ke Malaysia. Namun Rusdin mengalami yang namanya birokrasi tak jelas juntrung. Ia harus membayar 800 ribu rupiah untuk mendapatkan paspor, itu pun paspor lintas berwarna merah yang tentu berarti jalur tak resmi, alias ilegal. Sesuai persyaratan, setiap bulan Rusdin harus ke Nunukan untuk mendapat stempel paspor sebab masa berlaku paspornya hanya sebulan. Biaya ke Nunukan ditanggung sendiri oleh masing-masing pemilik paspor. Rusdin tidak menyanggupi. Jadilah ia pendatang yang selama di sana berstatus ilegal. Menurut cerita Rusdin, pemeriksaan oleh aparat sangat ketat dan di mana-mana. Namun ia selalu punya siasat tersendiri untuk lolos. “Ya kita berlagak kayak orang sana saja. Berpakaian seperti mereka, cara bicara pun harus mirip-mirip cara mereka. Terus yang paling penting, jangan gugup apalagi takut kalau ada aparat. Santai saja!” ujar Rusdin juga dengan santai. Niat Berubah Setibanya di Malaysia, Rusdin dijemput ramah oleh ibu kandung dan keluarga tirinya di Tawaw. Menurut cerita Rusdin, saat pertama kali bertemu, ibunya memeluknya sangat erat dan menangis terharu. Namun Rusdin biasa saja. “Mungkin karena aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Jadi serasa bertemu dengan orang yang belum kukenal, sekalipun itu ibu kandungku sendiri”. Dengan menumpang mobil teman ayah tiri Rusdin, ia dibawa menuju tempat tinggal keluarga ‘barunya’ di daerah Batu 21. Di sanalah Rusdin tinggal, namun hanya sementara selama ia sembilan bulan di Malaysia. Mulanya keluarga barunya tersebut senang dengan kedatangan Rusdin. Mereka melayaninya dengan baik, santun, dan ramah. Namun tidak lama waktu berlalu, ibunya yang bekerja menabur pupuk sehari-hari di sebuah lahan pertanian, mengusir Rusdin tanpa sebab yang pasti. “Mungkin sekali karena ibuku masih menyimpan dendam terhadap bapak” kata Rusdin. Saya sendiri tidak habis pikir mendengar rangkaian cerita ini. Saya kurang yakin. Rusdin memang selalu bercanda, dan tidak jarang setiap bercanda mimiknya seperti orang yang serius. Seperti cerita di sinetron-sinetron kacangan, gumamku dalam hati. “Aku juga nggak tahu ada apa sebenarnya. Tapi ya sudahlah, aku memilih minggat” sambung Rusdin seperti menebak pikiranku. Saya yakin ia sedang tidak bercanda. Akhirnya niat awal Rusdin ke Malaysia untuk sekedar bertemu ibu kandungnya berubah total. Ia ingin segera pulang dan tidak lagi menganggap ia punya keluarga di Malaysia. “Istilahnya nih ya, binatang pun sayang dengan anak-anaknya” ujar Rusdin serasa tanpa beban. Namun sebelum keluar dari rumah dan tidak pernah kembali lagi, ada seorang tetangganya yang menyarankan Rusdin bekerja di sebuah restoran sea food. Tetangganya itu ditawari untuk bekerja di sana sebab ia pernah bekerja di dekat restoran itu sebelumnya. Namun tawaran tersebut diserahkan ke Rusdin. Rusdin pun mau dan segera melamar jadi pegawai. Rusdin kembali menemui kesulitan saat melamar kerja. Ia tidak memiliki My Card, kartu yang digunakan orang di sana untuk melamar pekerjaan. Kartu ini bisa dicek di komputer untuk mengetahui apakah si pelamar warga negara Malaysia atau tidak. Tapi Rusdin tidak habis akal, ia menunjukkan sebuah surat sumpah (semacam akte kelahiran menurut Rusdin) yang di dalamnya tertera bahwa Rusdin lahir di Malaysia. Di surat tersebut, ada enam nama sebagai saksi. Dengan surat itu, lamaran kerja Rusdin diterima. Belakangan Rusdin tahu bahwa ketujuh pekerja di restoran tersebut semuanya merupakan pekerja ilegal. “Ternyata mereka lamarnya tidak pakai apa-apa” kata Rusdin. Suka Duka selama Bekerja Rusdin bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran itu. Setiap hari ia harus menunaikan tugasnya mulai pukul 6 sore dan baru pulang pukul 5 subuh. Setiap ada waktu senggang di sela-sela kesibukannya bekerja, ia pergi ke belakang restoran untuk menyendiri, memikirkan sanak keluarga, teman-teman, dan kampungnya Kaledupa. Rusdin berkisah mengenai suka duka yang dialaminya selama bekerja di sana. Setiap bulan, Rusdin diupah 300 ringgit, dipotong 60 ringgit untuk biaya kos yang disewakan oleh pihak restoran. “Namun jangan kira lebihnya itu banyak. Biaya hidup di Malaysia tinggi. Harga barang-barang mahal. Tau-tau sudah habis itu gaji!”. Meski begitu, bekerja di restoran sea food tidak perlu membuatnya khawatir soal urusan perut. Ia bisa makan dan minum apa pun yang dia mau, termasuk membungkusnya untuk dibawa pulang ke kosnya. Selain itu, ia mendapat banyak teman baru sesama pekerja ilegal dari berbagai negara dan suku bangsa. “Mereka semua tuh suka sama aku, soalnya kamu tahu sendiri kan aku gimana? Suka ngelucu,humor, ketawa-ketawa” ujar Rusdin berseloroh. Ia juga bercerita bahwa ia sangat dekat dengan seorang chef di restoran itu. Rusdin sudah dianggap seperti anak kandungnya sendiri, sekalipun koki itu punya anak yang masih kecil. Ia sering mengajak Rusdin bercerita, mengajarinya masak, dan tidak pernah marah kalau Rusdin masak sendiri menggunakan alat-alat dapur . “Aku juga sering diajak main ke rumahnya. Pokoknya dia baik banget”. Namun semenjak bos pertamanya yang berasal dari India pulang untuk menemui keluarganya, Rusdin mulai merasa tidak nyaman bekerja. Bos pertamanya itu digantikan oleh teman anaknya yang sifat dan sikapnya Rusdin tidak suka, meskipun sama-sama orang India. “Dia suka marah-marah dan selalu nyuruh-nyuruh aku kerja yang bukan pekerjaanku seperti nyapu lantai, ngepel, apalagi lap kipas. Aku kan tidak suka kotor-kotor. Dan kalau lapin kipas kan harus jinjit dan mendongak lama, itu bikin kaki dan leher capek . Aku sangat tidak suka!” jelasnya dengan sedikti kesal. Sebagai bentuk protes sekaligus perlawanan, Rusdin biasa membanting piring-piring yang dicucinya sehingga menimbulkan bebunyian yang ribut. Kalau ada yang pecah, Rusdin segera menyembunyikan pecahan-pecahan tersebut di bawah meja atau di mana saja asal tidak ketahuan. “Tanganku kan lebih lincah dari matanya bos. Tidak ada yang pernah ketahuan tuh! Selain itu, dia juga sering sekali ke dapur. Berlagak sok cari sesuatu. Padahal aku tahu apa maunya, mata-matain dan nyari-nyari kesalahan kita . Kalau sampai lapor yang bukan-bukan sama bos pertama, awas saja!” ujarnya dengan ekspresi seperti mengancam. Rusdin pernah cerita bahwa dia sebenarnya bisa dengan mudah untuk membuat bos dan restoran tempatnya bekerja jera, kalau dia mau. Menurut Rusdin, ia bisa saja melapor ke polisi dengan membeberkan bahwa semua pekerja di restoran itu adalah ilegal. Rusdin mengatakan bahwa kalau ketahuan, restoran tersebut akan didenda 3 sampai 4 juta rupiah per pekerja. “Tidak apa-apa aku juga masuk penjara 3 bulan, yang jelas restorannya rugi”. Namun Rusdin tidak tega teman-temannya kehilangan pekerjaan. Apalagi para aparat sudah sering makan di restoran tersebut dan diberi harga murah serta dibaik-baikin oleh bosnya. Pulang Rusdin bertahan di Malaysia selama sembilan bulan. Ketika ia mengabarkan teman-teman kerjanya bahwa ia akan pulang, mereka kaget dan sedih. Terutama Chef Pating, koki yang sangat baik itu. Rusdin berkata bahwa dia sempat menahan-nahannya untuk tetap di Malaysia. Dia bahkan langsung mencarikan Rusdin pekerjaan malam itu juga asalkan Rusdin tidak dulu pulang. Baru beberapa hari setelahnya dia menemukan pekerjaan baru untuk Rusdin, yakni sebagai room boy di sebuah hotel. Namun, Rusdin tetap berkukuh hati ingin pulang sekalipun gaji kalau mau bekerja di hotel itu lebih tinggi dari sebelumnya. Akhirnya, Rusdin pulang ke Indonesia November 2009. Sama seperti ketika berangkat, Rusdin pulang melalui jalur ilegal. Di pelabuhan Tawaw, ia bersama rombongan lain yang juga sama-sama ilegal tidak naik kapal laut resmi, melainkan perahu kayu di sebelah pinggiran pelabuhan. Di tengah laut, mereka lalu berpindah ke speed boat yang sudah sejak tadi menunggu. Inilah yang digunakan menuju Nunukan. Tiba di Nunukan, Rusdin yang dimakelari oleh seorang yang disebutnya ‘paman’ mencari penginapan. Ketika hendak pulang, uang Rusdin tidak cukup untuk sampai di kampungnya Kaledupa. Ia hanya sanggup bayar hingga kapal yang ditumpanginya transit di Pare-pare. Rusdin pun menjaminkan ponselnya sebagai uang tambahan. Rencananya, jika sudah tiba di kampung nanti, ponsel tersebut akan diserahkan kepada si ‘paman’. Namun, bukan Rusdin namanya kalau tidak panjang akal. “Kebetulan aku punya teman yang baru kenal di kapal. Dia juga orang Indon. Pas aku curhat, dia langsung nolongin aku. Untunglah dia ada kakak yang kerja di kapal itu” ujar Rusdin di sebuah sms ketika saya mengkonfirmasi beberapa hal saat ingin menuliskan artikel ini. Akhirnya selama menuju Makassar, Rusdin bersembunyi di kamar pribadi awak kapal tersebut saat pemeriksaan tiket. “Deg-degan juga sih, tapi mau apa lagi” lagi-lagi ungkapnya dengan mimik santai. Ponsel Rusdin pun tidak jadi sebagai jaminan. Saya tiba-tiba mengernyitkan dahi ketika Rusdin menyebut ‘Indon’. Setahu saya, masyarakat Indonesia di Malaysia tidak nyaman dipanggil demikian karena dianggap melecehkan. Namun saya tidak sempat menanyakan kepada Rusdin perihal ini. Saya memilih membiarkannya lanjut bercerita. *** Uang yang dipakai Rusdin untuk melanjutkan perjalannya yang terakhir menuju kampung halamannya merupakan pinjaman dari Kampung Halaman. Belakangan Zery memberitahu keluarga Rusdin bahwa uang tersebut “tidak usah dibalikin, biarin aja”. Ketika saya tanya apa sebanarnya yang menjadi alasan Rusdin memutuskan untuk pulang, ia menjawab mantap dengan suara yang agak menurun,”Aku ingin menemani ayah dan melihatnya hingga tua. Aku tidak mau seperti remaja Kaledupa lain yang ditinggal ayahnya dan tidak pernah kembali”. Memang, menurut data dari www.jalanremaja1208.org, dari 5338 keluarga, lebih 600 di antaranya tidak berayah akibat perantauan yang lupa pulang tanpa berita. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Percakapan selesai, Zery mematikan kamera. Akhirnya kami pun bisa beristirahat, melepas segenap lelah dan mengisi kembali tenaga untuk melanjutkan syuting keesokan harinya. *Didedikasikan untuk Rusdin*

Rabu, 04 April 2012

Konser beraliran Progresif metal dan Punk siap menggebrak Jakarta

Kabar menggembirakan bagi kalian pecinta band beraliran progresif metal, Dream Theater. Mereka telah dijadwalkan untuk pertama kalinya tampil di tanah air dalam rangkaian turnya. Kabar ini sendiri datang dari akun Myspace Dream Theater yang mengatakan bahwa mereka akan menggelar konser pada hari Sabtu 21 April 2012. Event ini akan digelar di Mata Elang Indoor Stadium di kawasan Pantai Karnival Ancol, Jakarta. Hingga berita ini diturunkan belum ada kabar siapa promoter yang akan menggelar band yang sangat populer di Indonesia. Sebelum tampil di Indonesia, Dream Theater akan tampil di Seoul, Korea Selatan (19/04/2012) dan sesudahnya bertolak ke Osaka (24/04), Fukuoka (26/04), Aichi (28/04) dan Yokohama (30/04), semuanya di Jepang. Konser ini dipastikan akan menyedot banyak massa mengingat Dream Theater sudah memiliki fansbase yang sangat banyak yang menunggu-nunggu kapan mereka akan tampil di tanah air. Selain itu dari negara di Asia tenggara hanya Indonesia saja yang didatangi untuk konser ini. Rangkaian tur ini juga sebagai promo untuk album terbaru mereka yang berjudul A Dramatic Turn of Events sekaligus pengenalan drummer baru mereka Mike Mangini yang menggantikan Mike Portnoy. (kpl/faj)
Di hari bersamaan, digelar juga gebrakan dari musisi legendaris asal Inggris beraliran Punk.
Kendati kabar tak sedap tentang komunitas punk di Aceh sedang menjadi topik bahasan di dunia, namun hal itu tidak menyurutkan langkah GBH untuk menggelar konser di Indonesia. 21 April 2012 mendatang dipastikan band punk legendaris asal Inggris itu akan manggung di Tenis Indoor Senayan. "Dia akan datang 4 hari sebelum hari H. Ini kan segmented, tapi mudah-mudahan dengan adanya media ini bisa di announce," ujar Yuli sang promotor pada konferensi pers di Treehouse Kuningan Village. Menurut Yuli, justru pihak GBH sendiri yang sangat serius dan mengajukan berbagai persyaratan pada promotor. "Kebetulan GBH ini ada tur ke asia dan dia berminat ke indonesia. Kita memang sudah bayar dia tapi belum sepenuhnya. Tapi dia sendiri sudah serius dan banyak persyaratan. Kita sudah bayar hampir 50 persen," beber Yuli. Dipilihnya Tenis Indoor sebagai venue tentu bukan hal yang biasa bagi pertunjukkan musik punk, namun Yuli buru-buru menjelaskan bahwa kali ini dia ingin menunjukkan gelaran punk yang berkelas. "Kita tampilin punk di Indoor bukan cuma sembarangan, kita pengen bikin punk bisa berkelas," ucapnya. Dengan harga tiket Rp 275.000, banyak yang menganggap harga tersebut terlalu mahal untuk pertunjukan musik band punk, namun pihak promotor menjelaskan bahwa harga tiket bisa saja berubah. "Ya saya juga kadang berpikir kayak gitu. Tapi kan ini bisa berubah, kalo peminatnya menurun bisa aja kita turunin," pungkas Yuli. GBH (Grievous Bodily Harm) merupakan band punk legandaris dari Inggris yang sudah cukup senior. Lahir tahun 1978 di Birmingham, GBH telah mengeluarkan puluhan album dan single dan masih aktif menggelar tur-tur dunia hingga sekarang. (kpl/gum/adb)